Opini

OPINI: Terima Kasih Ibu Susi

×

OPINI: Terima Kasih Ibu Susi

Sebarkan artikel ini

OPINI, Suara Jelata— Susi Pudjiastuti adalah sebuah nama yang menjadi legenda dalam sektor kelautan Indonesia.

Penampilannya berbeda dengan kebanyakan perempuan kelas menengah, yang selalu menjaga tampilan dan ucapan sebagai bentuk tatakrama dan adab di tengah masyarakat kita.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Akan tetapi Ibu Susi muncul dengan kontroversi, bertato, merokok, bicara apa adanya, sebagai cermin perempuan yang lahir dari budaya pantai.

Sebuah sikap yang terbuka dan berani karena setiap hari hidupnya berkutat melawan tingginya ombak.

Ibu Susi sebagai Nyi Ratu Kidul yakni sosok perempuan cantik penguasa laut. Akan tetapi karena narasi di Indonesia yang salah kaprah, sosok itu sering diidentikan dengan cerita mistik perempuan kejam yang banyak memakan korban.

Padahal kekejamannya, bukan karena kebenciannya. Akan tetapi, kekejaman itu terjadi sebagai akibat dari kaum laki-laki yang tidak menjaga etika dan cenderung mengikuti hawa nafsunya.

Banyak korban kapal tenggelam saat Ibu Susi memimpin. Tetapi bukan karena beliau kejam, Ibu Susi bak penjaga laut yang menenggelamkan kapal sebagai simbol dari nafsu serakah para pencuri ikan yang mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Semestinya, ikan itu bermanfaat untuk kepentingan bangsa Indonesia.

Ibu Susi juga sosok yang selalu berpikir tentang masa depan. Laut bukan kepentingan hari ini yang harus diambil dari yang kecil sampai yang besar.

Akan tetapi laut adalah amanah yang harus dijaga demi kepentingan anak cucu kita.

Seluruh kebijakannya pasti bertentangan dengan mereka yang berkepentingan dan berpikir bahwa Indonesia hanya untuk hari ini.

Kini nama Ibu Susi menghiasi tagar yang ditulis seluruh netizen. Nama Ibu Susi seperti cerita mistis Nyi Ratu Kidul yang menyelimutinya. Akan tetapi, semua orang merindukannya.

Penulis: Abd Azis Bakri Sibali