News

Cerpen: Memikat Lalu Memilih Asing

×

Cerpen: Memikat Lalu Memilih Asing

Sebarkan artikel ini

Suara Jelata— Beberapa orang asing berkenalan kemudian menjadi akrab dan beberapa orang yang pernah akrab bisa menjadi asing kembali. Hanya waktu yang mampu menjawabnya.

Asing menjadi dekat, dekat menjadi asing, semua hanyalah perihal waktu. Sperti itulah kisah antara Nayla dan Rangga, berawal dari sepasang orang asing yang berkenalan kemudian dekat lalu menjadi asing kembali.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Hai, perkenalkan namaku Nayla, aku adalah seorang gadis yang pemalu dan pendiam oleh sebab itu aku lebih suka berbicara lewat tulisan. Kisah ini bermula saat aku pindah kontrakan.

Saat itu aku baru duduk di bangku sekolah menengah kejuruan dan kak Rangga sendiri adalah seorang mahasiswa kampus dekat sekolahku. Waktu itu kak Rangga bersama temannya kak Rizki membantuku mengangkat lemari.

Aku belum kenal dengan mereka saat itu. Keesokan harinya mereka berdua berkunjung ke kontrakanku. Waktu itu aku masih belum mengenal mereka.

Tapi saat itu aku tertarik dengan kak Rizki sebab dia adalah seorang pria yang cukup tampan, aku bertukar nomor dengan-nya. Dia orang yang sangat baik dan perhatian. Tak lama saat aku berada didalam kamar seorang diri, teman kakak sepupuku (Fitri) datang menemuiku, dia bilang kalo Rangga minta kontakku, aku bilang Rangga siapa? Yang bantu angkat lemari jawabnya. Jadi aku bilang yah udah berikan saja.

Hari demi hari berlalu kak Rizki hampir setiap hari selalu datang ke kontrakan untuk melihatku, dia sangat perhatian padaku sampai-sampai aku ilfeel dengannya. Dia bahkan selalu bertanya apakah aku mau jadi pacarnya? tapi tak pernah ku jawab iya/tidak. Selain dia aku juga sering sms-an dan chat dengan kak Rangga di fb (saat itu belum ada whatsapp)  kata-katanya sangat manis dan romantis membuatku jatuh hati padanya.

Aku yang tadinya terpikat oleh ketampanan kak Rizki langsung berpaling ke kak Rangga sang pujangga. Suatu malam hujan turun dengan derasnya hingga menyebabkan banjir dikeesokan harinya.

Kakak sepupuku bilang kamu gak usah kesekolah karena banjir pasti teman-teman kamu juga gak ada yang kesekolah. Jadi, aku menurutinya dan membantu menguras air. Setelah bersih eh dia malah menyuruhku ke sekolah itu tepat sudah pukul 9 pagi.

Dia meminta kak Rizki untuk mengantarku ke sekolah jadi aku pergi. Sesampai di sekolah, aku masuk lewat depan ruang BK soalnya pintu gerbang udah ditutup. Sampai di kelas eh udah jam istirahat, kujelasin aja ke temanku kenapa aku terlambat.

Untung tidak ditahan di ruang BK karena telat. Aku juga pernah diantar pulang oleh kak Rizki, saat itu sedang ulangan jadi pulangnya cepat dan seperti biasanya pulang sekolah aku dan teman-temanku singgah nongkrong di Taman dan aku sms-an dengan kak Rizki, katanya kita pulang bareng nanti, jadi aku nungguin, tapi Karena sudah lama menunggu dan ayah temanku sudah datang menjemputnya aku tinggal sendiri, yah biasanya aku memang akan pulang saat teman-temanku yang lain sudah pulang semua.

Karena kak Rizki belum datang, jadi kuputuskan untuk pulang sendiri. Kira-kira baru pertengahan jalan kak Rizki langsung datang dan mengantarku pulang. Tapi meskipun begitu, sikap baik dan perhatiannya itu tak pernah membuatku tertarik kepadanya. Yah saat itu aku kan masih bocah belum ngerti betul tentang cinta.

Hatiku tak pernah tersentuh dengan rasa simpati darinya. Justru aku malah goyah oleh kata-kata manis dan rayuan dari kak Rangga.  Aku mungkin hanya sekitar 3 bulan lebih tinggal di kontrakan itu lalu pindah ke kontrakan baru yang jaraknya 2x lipat lebih jauh lagi dari kontrakan sebelumnya ke sekolah.. tiap hari aku jalan kaki pulang dan pergi sekolah, kadang juga boncengan sama adekku. Saat itu komunikasiku dengan kak Rizki dan kak Rangga masih lancar.

Tapi semakin hari aku tak pernah lagi komunikasi dengan kak Rizki . Akupun tak menyadari hal itu dan aku bahkan tak merasa kehilangan orang yang sangat perhatian terhadapku. Mungkin aku telah dibutakan oleh rayuan kak Rangga.

Komunikasiku dengan kak Rangga sangat lancar. Kami sering berdebat lewat chat atau diskusi-diskusi kecil, aku banyak belajar darinya waktu itu. Satu hal yang aku ingat dia bilang kepadaku bahwa berdebat itu bukan tentang siapa yang kalah atau menang, tapi dia yang mampu mempertahankan argumentasinya sampai akhir.

Seseorang juga pernah bilang padaku kalo berdebat itu bukan untuk mencari siapa yang menang dan kalah tapi tentang mencari kebenaran. waktu itu aku sedang prakerind di sebuah kantor yang jaraknya cukup dekat dengan kontrakanku, aku chat dengan kk Rangga dan chat darinya selalu membuatku tersenyum, hatiku selalu gembira membaca kata-katanya yang manis.

Aku bilang padanya nanti orang dikantor menganggap aku apa karena senyum-senyum sendiri, dan dia mengatakan “kamu bilang aja saya tidak dapat bersedekah dengan uang makanya saya sedekah dengan senyuman”.

Oh iya dia juga pernah ngerjain aku, waktu itu malam hari dan aku duduk di depan rumahku, tiba-tiba hpku berdering ada panggilan masuk, aku tak tahu itu siapa Karena nomor yang dia gunakan nomor baru.

Dia mengaku berasal dari Desa Seberang dia mengajukan pertanyaan kepadaku tentang sebuah perbedaan. Menurut kamu bumi itu bundar atau bulat? Tanya kak Rangga

Dengan polosnya aku menjawab bundar dan bulat itu kan sama saja.

Sama halnya dengan Lisda dan Linda itu beda kan? Sontak dia mencoba membuatku paham. Waktu itu sempat ku rekam perbincangan antara aku dan dia meski aku tak tahu kalau itu sebenarnya adalah dia (kak Rangga) karena aku menyukai orang yang mengajakku berdiskusi entah mengenai apapun itu makanya aku rekam. Tapi entah dimana sudah rekaman itu.

Karena waktu itu aku masih menggunakan Hp jadul Meski begitu hp ku yang selalu digunakan sama teman di sekolah saat diskusi/ mau buka FB.

Namun, kedekatanku dengannya tidak berlangsung lama, suatu ketika ayahnya didiskriminalisasi dituduh menebang pohon di areal hutan lindung, sedangkan menurutnya ayahnya menebang pohon di kebun miliknya sendiri.

Sejak saat itu, komunikasiku dengannya sudah jarang sekali, diapun mulai berubah. Rasanya aku seperti diterbangkan kelangit ketujuh lalu dihempaskan kebumi.  Saat itu aku mulai sadar dengan kata-kata manis/rayuan yang selalu dia lontarkann padaku.

Jadi saat itu saat dia mengatakan kata manis padaku aku membantahnya dengan mengatakan bahwa gak boleh terlalu GR dengan kata manis yang diucapkan seseorang kadang dia mengatakannya bukan karena dia menyukaimu tapi hanya untuk menghiburmu, kemudian dia membalas “kata rayuan hanyalah kalimat pemanis” ungkapnya.

Lalu ku balas, yah kalimat pemanis yang berakhir dengan kebohongan Dan untuk seketika kalimat-kalimat darinya yang selalu membuatku tersenyum dan bahagia sekarang telah berubah menjadi belati yang menusuk tajam ke hatiku, aku tak sanggup hingga air mataku pun menetes.

Tak cukup sampai disitu, aku berusaha menerimanya, hingga saat sidang pertama ayahnya akupun datang kesana bersama sahabatku yang dulu pernah prakerind disana. Yah aku bertemu dengannya disana dan berbincang sedikit.

Saat aksi demo yang dia lakukan untuk ayahnya di depan kantor pengadilan akupun ikut menyaksikannya disana, lagi-lagi bersama sahabatku. Yah waktu itu lagi ulangan jadi aku pulang lebih awal dari biasanya dan aku bisa menyaksikannya dan kebetulan jaraknya juga dekat dari sekolahku. Setelah saat itu dia chat aku di fb dan bertanya tentang anak prakerind di kantor pengadilan yah kebetulan anak prakerind waktu itu teman sepupuku jadi aku bisa mencari informasi tentangnya.

Aku agak sebal sih karena alasan dia chat aku hanya untuk itu dan untuk kesekian kalinya dia blokir aku lagi. pernah suatu ketika saat itu jam istirahat dan aku chat dengannya rasanya aku ingin menangis membaca pesan darinya karena tak tahan lagi dan tidak enak jika aku menangis di depan teman-temanku hanya karena perihal cowok jadi, aku langsung berbalik arah dan mencoba menghibur diri dengan teman-temanku hingga perasaanku membaik lalu aku membalas pesannya.

Bebeapa minggu kemudian dia kembali chat aku dengan fb baru, lagi-lagi dia ingin menanyakan perihal wanita. Yah teman satu SD ku namanya Fira. Aku kesal dan lagi-lagi dia melakukan hal yang sama yaitu blokir pertemanan denganku. Aku mengiriminya pesan lewat akun fbku yang lain lalu ku beri dia nomornya. Setelah saat itu aku tak pernah lagi berkomuniasi dengannya.

Tapi aku sering bahkan mungkin setiap malam aku telponan dengan teman-temannya aku juga sering chat dengan teman-temannya, bahkan ada yang menyebutku sebagai doktrinngannya kak Rangga sebab aku suka mengutip kata-kata yang biasa dia lontarkan padaku. Ada pula yang memanggilku gadis yang suka debat. Aku dikenal oleh pemuda-pemuda yang ada di kampungnya. Bahkan beberapa diantaranya telah menjadi mantan kekasihku.

Tak sampai disitu aku gak sengaja nemuin fb kak Rangga lalu aku berteman kembali dengannya, aku like super semua postingannya lalu tiba-tiba dia blokir aku lagi dengan alasan itu. yah biasanya orang kan suka kalo di bom like.

Lah dia kok malah sensitif banget di boom like yang ada aku malah diblokir. Jadi setelah itu komunikasiku pun benar-benar putus dengan dia, kini aku dan dia menjadi asing. Kak Rizki?? Aku tak tahu dan tak pernah terpikirkan olehku yang ada dibenakku hanyalah kak Rangga.

1 tahun telah berlalu, nama FB nya kembali muncul di beranda ku sebagai orang yang mungkin Anda kenal. Aku memutuskan untuk kembali meminta pertemanan kepadanya tapi tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Aku hanya melike sekali-kali postingannya dan tak pernah ku komentari. Aku juga minta kontak WhatsApp nya tapi ku chat hanya untuk bilang save kontak aja atau bila ada hal-hal penting aja.

Kata Fathan kak Rangga itu paling gak suka loh kalo di chat cuma saat butuhnya saja tapi mau gimana lagi aku gak tau basa basi apa lagi kepada orang yang sudah asing denganku.

Tahun lalu, diadakan acara tournament Sepakbola di Desa ku. Nah dipenutupannya itu aku sempat bertemu lagi dengannya yah setelah sekian lama, tetapi gak bercerita panjang lebar hanya sekedar saling menyapa dan berjabat tangan, Karena dia sedang sibuk mencari kawannya yang lain.

Setelah itu, kami kembali bertemu di kegiatan Camp Taruna Melati, yang diadakan di Bukit tinggi yang ada di Desaku, disini dia mencoba menggodaku dan ingin membuatku cemburu dengan bercerita juga mengenai kawanku Fira yang pernah ia mintai kontaknya padaku saat itu.

Yah sontak aku diam saja tak merespon sama sekali. Hatiku sudah benar-benar mati rasa.. hatiku tak lagi merespon seperti dulu, jika dulunya aku slalu tersipu malu saat dia melontarkan kata-kata manis padaku, kali ini tidak, hatiku merasa biasa-biasa saja.

Aku dan dia sudah benar-benar asing….selepas dari ini, dia menungguku didepan rumahku yah aku pulangnya agak lama sebab aku yang paling terakhir turun dari Bukit ini pertama kalinya dia mampir ke rumahku, dia gak sendiri kok dia bersama kedua temannya.

Aku mengajak mereka masuk, dan di ruang tamu aku hanya menjadi pendengar yang baik, aku tak bisa berkutik, sehabis makan merekapun pamit dan segera beranjak… Yah dengan sikapku itu mungkin dia berpikir aku tak pernah berubah, aku masih seperti dulu, aku masih Nayla yang sama yang ia jumpai pertama kali “ucapku dalam hati”.

Lanjut di pertemuan selanjutnya, yah ini di acara malam ramah tamah wisudahnya kak Rangga.  jelas saja disini aku seolah-olah tak dianggap ada olehnya dia tak pernah mengajakku berbicara atau meyebut namaku seperti sebelumnya, sedang aku bukanlah tipe orang yang akan memulai pembicaraan.. tapi kami sempat foto bareng. Bukan aku dan dia saja yahh.. kami semua.

Aku dan teman-temanku dan dia dengan temannya, keesokan harinya di hari H wisudahnya aku juga bertemu dengannya dan benar saja sama seperti semalam lagi-lagi dia mengabaikanku seolah-olah aku ini hanyalah bayangan baginya.

Tapi aku dan temanku sempat berfoto dengannya juga kok.Setelah itu, aku meng-upload foto-foto saat malam ramah tamah itu dengan caption.

Untukmu yang sudah asing, Kak Rangga Yah setelah itu aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Kini Aku dan Dia sudah benar-benar Asing.

Penulis: Lisdawati Asri