Opini

Pemimpin dan Kekuasaan

×

Pemimpin dan Kekuasaan

Sebarkan artikel ini
Foto Penulis

OPINI, Suara Jelata — Bebicara tentang pemimpin memang akan selalu menjadi diskursus panjang, karena merupakan pembahasan yang sangat menarik untuk semua kalangan, apalagi dalam suasana mejelang pemilihan pemimpin dalam suatu negara mulai dari pusat sampai daerah.

Seperti Nahkoda dalam suatu kapal pada saat berlayar, maka peran nahkoda dalam pelayaran akan menjadi penentu paling penting untuk kesuksesan agar sampai tujuan.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Menjadi faktor paling berpengaruh untuk membawa arah kapal menuju daratan dengan selamat.

Oleh sebab itulah, perlu memperhatikan seperti apa nahkoda itu. Pun demikian dengan seorang pemimpin, di dalam pemerintahannya, baik dia dalam cakupan skala besar seperti negara maupun paling terkecil seperti desa.

Memperhatikan kapasitas dan kualitas sangat perlu, untuk keberlangsungan kehidupan sesuai dengan apa yang di cita-citakan bangsa.

Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dikabarkan akan ikut dalam Pilkada serentak pada 2020 mendatang, artinya masyarakat Madina akan ikut berkontribusi, ikut menyumbangkan suaranya untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin 5 tahun kedepan.

Di sini kita tidak akan menelanjangi siapa saja bakal calon pemimpin untuk Madina yang sudah menampakkan wajahnya, karana berbicara individualis itu sangat mudah dikemas jika tidak benar-benar kenal betul dengan calon tersebut.

Sebab, topeng akan sangat dengan mudahnya dikenakan ketika menghendaki sebuah keinginan.

Tapi kita akan berbicara seperti apa harapan pemimpin yang dihasilkan kelak dalam pesta demokrasi daerah. Pemimimpin bagaimana yang di butuhkan Mandailing Natal?

Berbicara tentang definisi pemimpin, tentu saya rasa pembaca sudah lebih khatam bahkan lebih tahu daripada saya. Untuk itu perihal demikian kita lewatkan juga.

Lantas seperti apa pemimpin harapan hasil dari Pilkada di Mandailing Natal nanti?.

Pasti Pemimpin itu harus membawa Visi dan Misi yang jelas dan tangkas menyentuh kepentingan rakyat, mulai dari ekonomi, kesehatan, pendidikan.

Serta infrastruktur yang memadai, dan berbagai macam lainnya yang tidak lain semata-mata untuk kepentingan seluruh elemen lapisan masyarakat. Bukan untuk kepentingan Individu, bukan dinasti, juga bukan kelompok tertentu.

Visi dan Misi nya harus relevan, harus sesuai dengan keadaan masyarakat Madina sehingga mampu membangkitkan drajat masyarakat Madina di mata daerah lain, oleh Provinsi lain.

Dan satu pokok penting dalam Visi Misi tersebut adalah, keperhatiannya dalam mencerdeskan anak bangsa.

Mencerdaskan generasi-genarasi penerus yang dalam hal ini berbicara tentang ranah pendidikan.

Pendidikan yang dimaksud adalah bukan hanya Perguruan Tinggi, bukan hanya memperhatikan mahasiswa seperti diskursus akhir-akhir ini.

Di mana kalangan mahasiswa menyebut pemerintah harus memperhatikan mahasiswa dengan meluncurkan beasiswa. Bukan!

Tapi harus memperhatikan mulai dari hal paling subtansi, paling dasar. Kenapa? karena tanpa memperhatikan urgensi di tingkat bawah.

Maka mahasiswa pun bisa jadi tidak akan ada. Maka diharapkan mahasiswa juga tidak berpikir individualis.

Sebab kita ketahui bersama, bahwa pendidikan merupakan pintu menuju kemajuan dan peningkatan kualitas kehidupan manusia.

Pendidikan merupakan ujung tombak sebagai daya tonjok untuk membangun daerah dalam ranah edukasi formal.

Pendidikan dengan kualitas baik pada suatu daerah, bisa menjadi salah satu acuan untuk bercermin tentang kemajuan daerah tersebut.

Dengan pendidikan yang baik pula maka degradasi moral akan dapat teratasi, kasus-kasus kekerasan yang merajalela di tengah-tengah masyarakat salah satu sumber kepanikan akan dapat teratasi.

Tidak perlu saya menyebutkan contoh kasus-kasus tersebut, sebab kita pasti sudah mampu melihat secara langsung, maupun di berbagai laman berita online atau offline, bahkan bisa jadi sudah pernah merasakan.

Maka pendidikan harus menjadi salah satu pusat perhatian calon pemimpin itu. Atau tepatnya saya bilang pemimpin yang dihasilkan oleh pilihan masyarakat harus menjadikan Pendidikan sebagai central perhatian.

Pemimpin itu harus mampu mengkorelasikan pendidikan dengan kultur setempat, menyediakan fasilitasi sesuai keadaan sehingga potensi dari siswa mampu di kembangkan pula di daerahnya. Tidak harus keluar ke daerah lain sehingga hemat ekonomis pula.

Dalam membangun pendidikan itu, tentu juga harus memperhatikan beberapa faktor.

Contohnya metode belajar, prosedur belajar, dan tenaga pendidik. Pemerintah juga harus mempertimbangkan tenaga pendidikan dengan kematangan penuh.

Bukan tenaga pendidik yang dihasilkan dari ujian dengan pelicin. Tapi Guru dengan kapasitas dan kualitasnya yang mumpuni, kompeten di bidangnya.

Indikator yang menjelaskan tentang kondisi pendidikan di Madina, bisa dilihat dari kapasitas penghargaan yang didapat dari negeri beradab taat beribadat ini, atau bisa kita lihat langsung secara empiris. Tidak perlu susah memberikan data, sebab data sangat mudah di manipulasi.

Selain pendidikan, kesehatan dan infrastruktur juga harus betul-betul di perhatikan.

Berbicara soal infrastruktur di Madina, kondisinya sudah sangat urgen sekali. Terutama di daerah Kecamatan Panyabungan Selatan, Panyabungan Barat, Panyabungan Timur, Hutabargot.

Serta beberapa Kecamatan lain yang saya rasa menjadi keluhan dari masyarakat. Maka harus diperhatikan pula agar proses distribusipun disegala bidang pun berjalan lancar.

Tentu, untuk mendapatkan pemimpin yang peduli seperti telah dijelaskan di atas tidak terlepas dari peran kita masyarakat sebagai pemilih nantinya di arena kontestasi.

Masyarakat harus mulai memperhatikan betul pemimpinya, bukan lagi memilih karena berdasarkan Materi saja, tidak memilih berdasarkan Nomor Piro, Wani Piro (NPWP) dalam bahasa jawa.

Harus mengetahui mana calon yang benar-benar ingin mengembangkan, mengangkat kualitas dan drajat kehidupan dan mencintai betul-betul masyarakat Mandailing. Bukan karena hanya ingin mendapat eksistensi dan popularitas semata.

Sehingga, kita tidak lagi mengeluh tentang kondisi kehidupan kita. Kalau tidak mau memperhatikan betul-betul calon pemimpin itu, artinya tidak perlu mengeluh tentang hidup. Karena itu sudah merupakan konsekuensi dari pilihan.

Penulis : Lamboroada, anggota di HMI Cabang Ciputat