GOWA, Suara Jelata— Berasal dari kampung di kaki Gunung Bawakaraeng, tak menyurutkan tekad seorang Akbar.G (27) untuk menjadi seorang penulis.
Selama tahun 2020-2021, pemuda asal Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ini telah membuahkan karya 3 buah buku antologi puisi yang berjudul Sajak-sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir, Negeri Ngeri Para Penipu, dan Ranting Yang Menolak Patah. Dalam waktu dekat ini, ia akan segera merilis buku ke-empatnya.
Penulis muda kelahiran Sinjai yang memiliki nama pena Emil ini mengaku tertarik menjadi penggiat literasi (membaca dan menulis), karena ingin mengedukasi, menebarkan kebaikan dan keilmuan kepada sesama manusia.
Anak nomor tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Gassing (Petani) dan Bahriah (IRT) ini memiliki motto “Keterbatasan harus menjadi pemantik semangat untuk melampaui batasan melalui karya, yang selanjutnya akan mendorong orang lain untuk berbuat hal yang sama”.
Pemuda kelahiran 20 Oktober 1995 ini ketika mengenyam pendidikan dari bangku SD s/d SMA selalu berada pada dua besar di kelasnya. Pada saat duduk di bangku SMA, dirinya pernah mengikuti Olimpiade Sains tingkat Kabupaten Sinjai tahun 2009.
Tak hanya itu, Emil juga pernah mewakili kontingen Sinjai Barat cabang olahraga Sepak Takraw pada perhelatan Pekan Olahraga Kabupaten Tahun 2012 lalu dan mempersembahkan medali emas.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, dia sudah memiliki hobi membaca buku. Memasuki bangku perkuliahan, ia mulai suka menulis artikel, opini, puisi yang kemudian dikirimkan ke media online. Selain itu, ia juga doyan menonton anime, mendengarkan musik, dan camp.
Selain menulis, ia juga merupakan Founder dari Rumah Baca Nurul Jihad Parang Bebbu. Rumah Baca yang didirikan pada tahun 2014 ini merupakan sekolah non formal yang diperuntukkan untuk masyarakat setempat untuk menjadi wadah belajar membaca, menulis, berhitung dan lain sebagainya.
Rumah baca ini memiliki jumlah peserta didik 40-an orang dari mulai anak-anak, remaja hingga dewasa.
Emil memiliki pengalaman literasi yang cukup mumpuni. Saat ini dia tercatat bergabung sebagai relawan di Pustaka Bergerak Indonesia, Komunitas 1001 Buku, Rumah Forum Literasi Sulsel, Gerakan Literasi Dunia, Penggiat Literasi Indonesia, Pegiat Literasi Sulselbar, dan Komunitas Penulis Sastra Indonesia.
Selain menekuni dunia literasi, ia juga tidak melupakan dari mana ia berasal. Sebagai seorang anak yang besar dan tumbuh di kampung, sudah jelas bahwa bertani dan beternak adalah pekerjaan utama. Setiap harinya selalu bersahabat dengan cangkul, caping, sabit, dan rumput.