OPINI, Suara Jelata— Apakah anda merasa bahwa bumi ini sedang baik baik saja?
Pernah tidak anda duduk sejenak, merenungi dan merasakan, kondisi cuaca yang tidak menentu kadang panas tiba tiba hujan, atau disaat kita jalan di pagi hari namun cuacanya begitu panas dan perputaran waktu begitu cepat.
Berdasarkan hasil riset LIPI terjadi peningkatan sampah plastik selama pandemik hal ini dikarenakan penggunaan layanan delivery makanan lewat jasa transportasi online, 96% paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap.
Selain itu selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan. Tidak ketinggalan oleh sampah medis hal ini disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) selama pandemik terjadi pelonjakan timbunan sampah medis sebesar 30 persen sampai 50 persen.
Hal ini juga disampaikan dalam kelas BEKAL Pemimpin bahwa Indonesia merupakan negara ke-2 penyumbang polusi sampah di lautan (3,22 metric ton per tahun), bakhan BMKG menginformasikan terakit perubahan iklim yang disebabkan oleh cuaca ekstrim, sehingga masyarakat harus mawas diri dengan fenomena tersebut.
Salah satu faktor penyebab dari pemasalahan di atas yaitu dengan pertambahan jumlah penduduk, maka akan terjadi peningkatan aktivitas manusia dan daya konsumsi yang melonjak sehingga menyebabkan tingginya jumlah dan jenis limbah sehingga dan menyebabkan lingkungan menjadi tercemar.
Maraknya pemberitaan di media terkait musibah banjir, tanah longsor, yang mengalamipeningkatan setiap tahunnya diakibatkan adanya krisis iklim yang diperparah oleh ulah manusia itu sendiri (BBC News).
Masyarakat juga sering dibuat khwatir, karena adanya pemberitaan terkait binatang buas yang keluar dari habitatnya dan meneyerang warga yang berda dipermukiman itu, ini dikarenakan mereka mulai terusik atau ekosistem telah diganggu oleh ulah manusia yang tidak beratnggungjawab.
Penebangan pohong secara liar sampai pada kebakaran hutang menjadi penyumbang terbesar dalam kerusakan ekosistem ini, sadar atau tidak ada banyak aktivitas manusia yang mengancam pelestarian lingkungan, sehingga menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem. Tanpa disadari, secara kolektif, kita menciptakan jurang kesenjangan ekologi (manusia dan alam).
Manusia memilki peran yang sangat besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem ini, hal ini bukan hanya untuk hari ini, atau sekarang, tapi untuk generasi mendatang, agar mereka tidak menyalahkan dan menuntut atas perlakuan terhadap lingkungan, agar setiap makhluk yang mendiaminya mersakan kenyamanan keharmonisan.
Manusia makhluk yang diberikan keistimewaan akal dan berpikir lebih tinggi, sehingga mampu menjaga dan melestarikan lingkungan. Salah satu upaya yang berskala global sebuah komitmen oleh pemimpin dunia, dengan agenda pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable Development Goals (SDGs).
SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Info:Bappenas).
SDGs didesain dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan dan perubahan iklim, dengan 17 agenda besar yang termaktub dalam SDGs diantaranya ekositem lautan, ekosistem daratan dan perubahan iklim akan dinyatalaksanakan dalam program pemerintah disetiap daerah.
Tanggungjawab dalam menjaga lingkungan, tentunya bukan hanya dibebankan oleh pemerintah saja, tetapi seluruh elemen masyarakat bertanggungjawab dalam menjaga dan lingkungan. Pengendalian dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, jika hal ini diabaikan maka tidak menutup kemungkina terjadi krisis lingkungan yang menjadi ancaman pada makhluk hidup akibat ketidakseimbangan ekosistem.
Menurut Soemarwoto ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, fenomena di atas menjadi kajian bagi akademisi IAIM Sinjai, dan mengambil andil dalam mencintai lingkungan, yaitu dengan melakukan Jum’at bersih.
Hal ini diintruksikan langsung oleh rektor IAIM Sinjai, sebagai langkah kongkrit dalam menjaga lingkungan dengan menggandeng organisasi Mahasiswa di Lingkup IAIM Sinjai, tidak hanya sampai distu upaya pelestarian lingkuna dintegrasikan dalam pembelajaran di IAIM Sinjai, khususnya di Prodi PGMI dengan pemanfaatan limbah sebagai media pembelajaran, civitas akdemika IAIM Sinjai menyadari betul bagaimana bentuk nyata dalam mewujudkan lingkungan hidup yang harmonis, asri dan nyaman.
Bertepatan dengan hari diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia (05/06) kemarin, yang tidak hanya sebagai seremonial belaka, tentunya menjadi sebuah harapan dalam meningkatkan kesadaran menjaga dan melestarikan lingkungan.
Hari lingkungan hidup ini memberikan spirit baru bagi kita semua untuk komitmen menjaga lingkungan, dengan memulai dari diri sendiri, dengan hal yang paling kecil, yaitu dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah platik karena merusak ekosistem laut, tidak menebang pohon dengan liar hingga membuat gundul hutang.
Kemudian menjadi konsumen yang bijak serta terintegrasi dengan sector terkait dalam hal pelestarian lingkungan karena merawat dan melestarikan lingkungan hari ini adalah sejatinya untuk kehidupan yang lebih baik di hari esok.
Mari bersama merobohkan jurang ekologi, memulihkan ekositem bumi dengan dengan pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan dengan berakar pada nilai-nilai dan kearifan lokal dan menjaga planet kita dari generasi ke generasi (sumber Bekal Pemimpin).
Oleh Hasmiati, S.Pd.I., M.Pd.I, Ketua Prodi PGMI FTIK IAI Muhammadiyah Sinjai