MAGELANG JATENG, Suara Jelata – Pada akhir tahun 2025 diharapkan sektor pertanian semestinya menjadi fondasi yang kuat dalam pembentukan struktur perekonomian nasional menuju tinggal landas. Selanjutnya, agribisnis dan agroindustri berbasis tanaman obat yang kuat, mandiri dan berdaya saing ditetapkan dalam target program yang menjadikan Indonesia sebagai produsen nomor satu di dunia dalam industri obat berbasis bahan alami (world first class herbal medicine country) pada tahun 2025.
Tujuan ini diperkuat dengan adanya tren global masyarakat konsumen dunia yang menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan ”back to nature” dan meninggalkan rokok. Tren tersebut menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat, termasuk di Indonesia sendiri.
Demikian diungkapkan Retno Rusdjijati dalam Press Conference MTCC Unimma, Jumat (21/01/2022). Ketua MTCC Unimma ini mengatakan prospek tanaman obat selama masa pandemi merangkak. Demikian juga secara global lahan tanaman obat di Indonesia tercatat 27.539 hektare dengan total produksi 640.727 ton. (Ditjen Hortikultura, 2019).
Data BPS 2019 menyebutkan nilai ekspor tanaman obat sebesar 16.628 ton dengan nilai penjualan US $31.9. Bisnis tanaman obat ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan, didukung oleh ketersediaan bahan baku yang sangat kaya dan beragam di bumi Indonesia.
“Kondisi inilah yang memacu MTCC UNIMMA berkontribusi dalam grand strategy pengembangan tanaman herbal. Harapannya komoditi ini menjadi komoditi pilihan untuk peningkatan kesejahteraan petani, khususnya petani tembakau sebagai upaya alih tanam. Mengingat kesejahteraan petani dari komoditi tembakau selalu marginal.
Hal itu dijadikan acuan dalam Temu Ke-2 Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah, dengan mengusung topik Herbal Farming. Pertemuan ke-2 ini oleh MTCC (Muhammadiyah Tobacco Control Center) Unimma (Universitas Muhammadiyah Magelang) dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan Magelang, Jumat (21/01/2022).
Dituturkan Retno, topik Herbal Farming, dengan tanaman herbal jahe, kunyit, temulawak, menjadi pilihan pada Temu Ke-2 Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah.
“Instruktur pelatihan kali ini dari anggota Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI) yaitu Bapak Gunawan E.P., SP. Outcome dari pelatihan ini diharapkan bisa membantu peningkatan kapasitas sumber daya manusia, meningkatkan serapan pasar, meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani tembakau melalui agribisnis dan agroindustri berbasis tanaman obat,” tuturnya.
Banyaknya masalah yang dihadapi dalam penyiapan SDM pertanian di Indonesia, lanjut Retno, senantiasa menjadi perhatian MTCC Unimma. Apalagi sampai saat ini, fakta menunjukkan bahwa kesejahteraan petani tembakau selalu ada dalam pihak yang dirugikan.
Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah ini diselenggarakan bekerjasama dengan SMK Muhammadiyah 2, MPM PP dan PDM Kabupaten Magelang, serta Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI). Untuk versi offline kali ini, MTCC Unimma memfokuskan pada penyiapan SDM pertanian menuju kemandirian.
“Khususnya melalui bidang perikanan, produk herbal, tanaman hias, tanaman non beras dan kebijakan pertanian,” terang Retno.
Kegiatan Sekolah Tani Mandiri secara offline memasuki Temu Ke-2 di Jumat 21 Januari 2022 ini. Kegiatan yang diikuti 30 peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Magelang ini, diselenggarakan MTCC Unimma. Kegiatan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah ini diselenggarakan selama 5 kali tiap Jumat, yaitu tanggal 14, 21, 28 Januari 2022, kemudian tanggal 4 dan 11 Februari 2022 ini. Peserta terdiri dari perwakilan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di beberapa kecamatan, perwakilan Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI) dan wakil masyarakat umum. (Iwan)