KOTA TERNATE MALUT, Suara Jelata – Masifnya komentar dan kritikan masyarakat di media sosial terkait kinerja pengelolaan persampahan sempat menjadi viral. Hal itu memantik tanggapan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, Muhammad Syafei Baay, S.T., M.T.
Menurut Syafei, hal yang tidak bisa dipungkiri adalah momentum tahun politik yang turut menaikan eskalasi perdebatan di ruang publik maupun di media sosial (medsos). Berbagai pendapat bahkan kritikan pedas sesungguhnya adalah hak masyarakat dalam konteks kebebasan berdemokrasi.
“Sah-sah saja kalau masyarakat menyatakan pendapat, tapi sebaiknya harus dilakukan secara profesional. Selain itu alangkah baiknya tidak terkesan menggeneralisasi suatu permasalahan. Hanya karena satu TPS (Tempat Pembuangan Sampah) belum terangkut sampahnya lantas kemudian difoto dan diviralkan TPS tersebut. Kemudian dibuat status, Walikota dan Kadis LH gagal mengurus sampah di Kota Ternate. Ini jelas tidak profesional,” tandas Syafei kepada awak suarajelata.com, Rabu (10/07/2024).
Menurut Syafei, pihaknya tidak harus melarang masyarakat untuk menyampaikan pendapat. Adalah hal yang biasa di momentum tahun politik banyak kritikan yang ditujukan ke DLH terkait kinerja pengelolaan sampah.
“Yang perlu kita lakukan adalah bekerja sambil terus berinovasi. Itu yang harus dilakukan,” ujarnya.
Syafei mengatakan, kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kota Ternate pada dasarnya terbagi dua. Pertama, soal penanganan dan kedua, soal pengurangan. Aspek penanganan meliputi, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.
“Jika yang diurusi itu fokusnya hanya terkait penanganan, maka ini bisa menjadi bom waktu di TPS (Tempat Pembuangan Akhir). Oleh karena kita hanya terkesan memindahkan masalah sampah dari lingkungan masyarakat ke TPA,” cetusnya.
Terkait pengurangan sampah, direncanakan akhir bulan Juli 2024 akan disosialisasikan Perda Persampahan yang substansinya mengatur juga soal sanksi.
“Sosialisasinya saat ini masih terbatas pada WA Grup. Mudah-mudahan akan berlanjut pula ke medsos,” ujarnya.
Syafei optimis jika pengurangan sampah diintensifkan melalui berbagai inovasi, maka dipastikan beban penanganan akan semakin berkurang. karena tonase sampah menurun. Satu di antara inovasi yang telah dilakukan adalah didirikannya Bank Sampah.
Sejalan dengan penerapan konsep Ekonomi Sirkular sebagai gantinya Ekonomi Linear saat ini, dasar pikirnya adalah untuk menyelamatkan Bumi dari limpahan sampah organik dan anorganik.
“Barang-barang yang telah dibeli, dipakai dan kemudian usang tidak terpakai lagi, barang-barang tersebut tidak harus dibuang. Karena akan berefek menambah produksi sampah. Sebaliknya barang tersebut tetap masih punya nilai jual dan bernilai ekonomis,” tukasnya.
Sebuah konsep starategis yang menurutnya telah diterapkan dalam bentuk Perda di sejumlah kota besar di Indonesia.
Syafei yang juga Plt. Dirut Perumda Ake Gaale Kota Ternate itu juga menyebutkan, dalam waktu dekat akan dibentuk Call Center. Ini adalah bentuk terobosan untuk menginformasikan kerja-kerja yang telah dilakukan oleh Perusahaan Air Minum Daerah tersebut kepada masyarakat pelanggan. (Ateng)