KOTA TERNATE MALUT, Suara Jelata – Guna meminimalisasi ketergantungan pasokan komoditi pangan Barito (Bawang, Rica dan Tomat) dari luar daerah, Dinas Pertanian (Distan) Kota Ternate saat ini fokus pada penjajakan database kebutuhan konsumsi Barito. Selain komoditi Barito, komoditi hortikultura juga menjadi fokus Distan.
Diwawancarai awak suarajelata.com, Kamis (13/11/2025), Kepala Dinas Pertanian Kota Ternate, Faisal Dano Husein, mengatakan, upaya meminimalisasi ketergantungan pada dua jenis komoditi tersebut, telah dilakukan oleh Kepala Dinas (Kadis) Pertanian sebelumnya.
“Sebagai Kepala Dinas yang diberi kepercayaan oleh Pak Walikota untuk memimpin Distan, saya tetap fokus melanjutkan program yang telah dirintis oleh Kadis sebelumnya,” ujarnya.
Faisal mengatakan, untuk meminimalisasi tingkat ketergantungan terhadap pasokan dua jenis komoditi tersebut, pihaknya perlu memiliki database terkait seberapa besar konsumsi kebutuhan bawang, rica, tomat dan kebutuhan sayur mayur (hortikultura) oleh masyarakat dalam hitungan hari, minggu dan bulan.
Selain perlunya memiliki database terkait kebutuhan tersebut, upaya meningkatkan produksi sumber pangan berupa Barito dan Hortikultura akan terus digalakkan.
“Sekalipun petani di Kota Ternate memiliki keterbatasan lahan, keterbatasan tersebut akan kita tingkatkan pemanfaatannya. Ini dalam upaya memenuhi sumber produktivitas pangan Barito maupun Hortikultura,” ujar Faisal.
Ia mengatakan, untuk produksi tomat dan cabai (rica) oleh petani lokal sudah sedikit mampu bersaing dengan produksi dari luar daerah.
Pihaknya optimis, jika produktivitas petani dipacu, sekalipun dengan keterbatasan lahan, produk rica dan tomat akan mampu berdaya saing dengan produk dari luar daerah.
Sementara itu, Perencana Ahli Muda pada Dinas Pertanian (Distan) Kota Ternate, Widianto, kepada awak suarajelata.com, mengatakan, upaya meminimalisasi pasokan komoditi Barito dan Hortikultura dari luar daerah oleh Distan telah berlangsung sejak lima tahun sebelumnya. Kendala yang dihadapi menurutnya adalah petani dengan kepemilikan lahan yang sempit sangat mempengaruhi produktivitas.
Widianto juga mengatakan, penjual atau pedagang berskala menengah sesungguhnya memiliki relasi bisnis dengan petani produsen yang ada di luar daerah atau provinsi. Setiap saat petani dari luar tersebut bersedia memenuhi permintaan penjual atau pedagang, seberapa pun besarnya.
“Di satu sisi ketika petani kita mau menjual produknya, pedagang berskala menengah ini tetap oke-oke saja. Yang penting setiap bulan petani lokal tersebut mampu memenuhi permintaan pedagang. Ini yang menjadi kendala berat petani kita lantaran produksinya tidak mampu memenuhi permintaan pedagang,” ujar Widianto.
Ketersediaan lahan yang terbatas menjadi pemicu minimnya produksi. Dengan demikian, petani lokal menurut Widianto hanya dalam konteks membantu pasokan komoditi. Sementara untuk memutus mata rantai ketergantungan sangat sulit.
Kepada awak suarajelata.com, Widianto mengatakan, Distan Kota Ternate saat ini fokus pada program prioritas terkait pengembangan dan penyediaan sarana pertanian.
Widianto menandaskan, Distan tetap konsisten memastikan stabilitas pasokan komoditas penyumbang inflasi khususnya pertanian dan hortikultura di Kota Ternate. Artinya kestabilan dan keseimbangan harga perlu dijaga agar kesejahteraan petani juga bisa terpenuhi.
“Karena ketika harga terlalu rendah, petani bakal menjerit,” pungkasnya. (Ateng)
















