
OPINI, Suara Jelata— Isu seks dan kajian seks menjadi hangat saat ini, banyak organisasi yang memperbincangkannya.
Mengapa tidak, karena ini menyangkut semua kalangan.
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata seks berarti jenis kelamin.
Yang membuat saya tertarik adalah kekerasan seks yang terjadi pada anak-anak.
Anak-anak menjadi korban dari pelaku seks tersebut. “Ada 1980 laporan kekerasan terhadap anak pada 2018 diseluruh Indonesia, padahal ini baru bulan Maret,” Kata Yohana Yembise sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Jika seperti ini, siapa yang akan disalahkan? Sejak tahun 2013, Komnas Perlindungan Anak telah menyatakan bahwa Indonesia berada pada status Darurat Kejahatan Seksual Terhadap Anak.
Tsunami teknologi seharusnya menjadi edukasi untuk anak lebih belajar bahaya seks bebas, gadget misalkan sangat bisa difungsikan untuk mencari informasi mengenai bahaya seks bebas itu, karena pornografi itu gampang diakses dan kurangnya orang yang bisa mempergunakan teknologi dengan bijak maka peluang kejahatan seksual itu besar.
Sekarang jika kita menyebut kata “Seks” stigma seseorang selalu menjurus ke hal yang kotor. Padahal pendidikan seks sejak dini itu penting, anak harus dikenalkan perihal itu.
Nah, Banyak wadah yang bisa menjadi tempat belajar anak, misalkan bangku sekolah.
Negara juga bisa memberlakukan kebijakan untuk memberikan pendidikan seks mulai Sekolah dasar, misalkan bagian intim mana yang ketika disentuh kita harus melawan atau berteriak, ajakan seperti apa (Menjurus ke seks) yang harus kita tolak untuk keamanannya.
Tapi tetap didampingi orang tua agar anak faham tindakan apa yang ia akan tempuh ketika ada sesuatu yang menjurus kesana.
Meskipun hukum telah memberikan sanksi kepada pelaku seks seperti di Pasal 281 KUHP bahwa perbuatan pelecehan seksual dapat dihukum penjara paling lama 2 tahun 8 bulan, tetapi ini belum menjadi penguatan untuk mencegah tindakan seksual.
Seperti kasus di Kota Bekasi, korban pelecehan tidak melapor karena takut dan tidak faham tentang pelecehan seksual.
Dampak dari kekerasan seksual menimbulkan gangguan fisik dan psikis sedikit banyaknya sakit di alat kelamin, karena alat reproduksi belum matang untuk berhubungan seksual dan juga biasanya mengalami banyak tekanan, merasa trauma dan bahkan takut untuk beradaptasi.
Ini menjadi bukti bahwa pendidikan seks sejak dini memang sangat penting. Bukan hanya itu, peran orang tua jelas sangat penting dalam pendidikan seks ini, karena lingkungan keluarga adalah tempat kembali anak yang paling aman.
Orang tua adalah tempat mengadu anak yang paling efektif, meskipun banyak wadah yang bisa diakses untuk pendidikan seks, seperti yang saya sebut diatas tetapi lingkungan keluarga menjadi wadah yang paling urgent untuk ini.
Orang tua harus menjadi garda terdepan serta aktif mengetahui perkembangan anak, aktif bertanya mengenai perasaan dan masalah anak, harus faham psikologi anak, jeli melihat lingkungan anak bergaul agar tak salah dalam menghadapi pertumbuhan anak.
Pemeritah bisa juga mengadakan dalam bentuk seminar untuk orang tua dan anak guna mensosialisasikan bahaya seks ini.
Jadi jangan terlalu memandang seks sebagai sesuatu yang tidak penting untuk diajarkan kepada anak-anak ya guys, karena ini sudah menjadi masalah urgent di Indonesia.
Kita harus sama-sama bersinergi memerangi kekerasan seksual terlebih kepada anak-anak Karena mereka adalah generasi pelanjut bangsa.
Penulis: Andi Eka Saputri Wardani Arjuni, Mahasiswa Jurusan Ilmu Politk UIN Alauddin Makassar