
OPINI, Suara Jelata— Dua hari yang lalu ketika saya sedang menikmati secangkir kopi panas di teras rumah sambil menghisap dalam sebatang rokok Class Mild yang terjepit siksa diantara kedua tangan, saya melihat fenomena ataukah pemandangan amat memprihatinkan.
Fenomena tersebut adalah sekumpulan anak kecil berumur 3-7 tahun sedang berasyik masyuk memainkan gadget dengan kedua tangan mungilnya yang tak berdosa.
Dalam hati saya bertanya apakah penggunaan gadget tersebut di awasi oleh kedua orang tuanya atau tidak.
Mereka sesekali tersenyum, tertawa terbahak-bahak, bahkan marah ketika memainkan gadget yang entah apakah milik ayah atau ibunya, atau bahkan miliknya sendiri.
Sungguh, pemandangan yang cukup familiar ini di lingkungan masyarakat memprihatinkan. Mengapa demikian? Sebab mereka akan kecanduan dan bisa saja mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Gadget jikalau tidak dipergunakan sebagaimana mestinya adalah sebuah monster yang sewaktu-waktu bisa saja melahap waktu bermain anak-anak di alam terbuka.
Hal ini terjadi karena didukung oleh sihir teknologi canggih yang masuk bagai hantu ke rumah-rumah, sehingga sukses membuat anak-anak terlena untuk menghabiskan waktu bermainnya didalam rumah dan mengubah anak-anak tak berdosa menjadi manusia-manusia penuh derita.
Sementara itu, dr Setyo Handryastuti, Sp.A(K) mengatakan, penggunaan gadget secara berlebihan dapat menggangu dan tidak merangsang saraf motorik anak. Hal itu karena anak-anak lebih asyik memainkan gadget yang hanya terfokus pada aktivitas sentuh.
Mereka tidak tertarik melakukan aktivitas yang dapat merangsang saraf motorik secara keseluruhan.
Selanjutnya, Anna Surti Ariani seorang psikolog anak mengatakan, jika anak terlalu sering main gadget akan menurunkan wawasan dan kecerdasan anak.
Senada, penulis pun mengungkapkan bahwa anak yang kecanduan dengan gadget akan menggangu konsentrasi, dan kecenderungan anak semaunya sendiri atau sulit diatur serta perkembangan interaksi sosial menjadi terhambat.
Jika digunakan secara tepat dan sesuai dengan koridornya, gadget merupakan sarana pembelajaran yang mudah bagi anak.
Dengan menggunakan gadget, orang tua bisa menampilkan dan memberikan pemahaman tentang informasi yang dibutuhkan anak. Contohnya tentang flora, fauna, angka, huruf dan warna.
Hal ini penting mereka ketahui agar mereka tidak mengidap kelainan kesehatan yang oleh Richard Louv disebut dengan nature deficit disorder, yaitu gangguan karena kekurangan pengalaman langsung atau berkontak langsung dengan alam.
Kelainan kesehatan ini dapat menyebabkan penderitanya memiliki daya tahan tubuh yang kurang terhadap penyakit, kurang kreatif, gangguan psikologis dan bersifat apatis terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, sebagai orang tua sudah semestinya mengarahkan putra-putrinya supaya tidak tergila-gila dengan gadget.
Bisa dilakukan dengan menyediakan buku bacaan dan buku cerita, menceritakan mereka dongeng. Bisa pula dilakukan dengan memperkenalkan berbagai macam permainan unik.
Kenalkan berbagai permainan tradisional yang memiliki makna filosofis dalam hal kebersamaan, komunikasi, keberanian, kreativitas, fair play, serta kekuasaan fisik.
Permainan yang berbau klasik dan tradisional seperti main dorong ban, engrang, senapan bambu, meriam bambu, ketapel, gasing, bola bekel, yoyo, ular tangga, congklak, galah panjang dan masih banyak lagi lainnya.
Hal ini penting agar hubungan sosial antara anak dengan orang tua terjalin semakin baik. Selanjutnya, menetapkan usia minimum anak dibolehkan memiliki gadget.
Tahu Bill Gates? Bill Gates yang merupakan salah satu orang terkaya dunia dan pencipta teknologi modern di industri komputer, tidak memberikan gadget atau ponsel kepada 3 anaknya yang mulai beranjak dewasa sebelum usianya 14 tahun.
Hal ini dilakukannya karena sebagai orang yang berkecimpung di dunia teknologi, ia tahu pasti usia terbaik anak diberikan gadget.
Senada, almarhum Steve Jobs sang bos merek gadget Apple juga melarang anak-anaknya untuk menggunakan teknologi baru.
Hal ini membuka mata kita, bahwa pakar teknologi sendiri tidak membiarkan anak mereka terpapar oleh kecanggihan teknologi terlalu dini.
Akhir kata, orang tua harus berani tegas dalam menerapkan aturan terkait memberikan gadget kepada anaknya.
Sebab gadget adalah sebuah penderitaan jika pemakaiannya tidak sesuai dengan prosedur, walaupun terkadang kita tidak menerimanya sebagai sebuah penderitaan.
Ingat, anak-anak adalah cerminan masa depan bangsa dan anak-anak itulah penerus bangsa.
Jangan sampai karena gadget, mereka menjadi anak digital yang sombong.
Penulis: Akbar G, Pemuda Tabbinjai