Opini

Islam, Akhlak dan Budaya Sopan Santun

×

Islam, Akhlak dan Budaya Sopan Santun

Sebarkan artikel ini

OPINI, Suara Jelata — Nabi Muhammad SAW datang membawa ajaran Islam yang mengajarkan aneka kebajikan terhadap sekian banyak objek.

Beliau menyimpulkan aneka kebajikan yang ia bawa itu, dengan sabdanya: al-Birru husn al-khuluq ‘Kebajikan adalah budi pekerti luhur’ (HR. Muslim).

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Kata al-Birr yang berati kebajikan adalah satu kata yang mencakup aneka kebaikan dan berkaitan dengan aneka objek. Sehingga, tidaklah meleset kalau dikatakan bahwa Islam adalah ‘budi pekerti luhur’.

Ajaran Islam adalah akhlak budi pekerti, sejalan dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.

Atau paling tidak dinyatakan bahwa pada setiap ajaran Islam, akidah maupun syariah, demikian juga tuntunannya yang tidak berkaitan dengan akidah dan syariah, tetap terdapat akhlak budi pekerti.

Karenanya, ajaran Islam yang menyangkut akidah maupun syari’ah adalah akhlak. Sehingga antara akidah, syari’ah dan akhlak merupakan cerminan dari ajaran Islam yang mesti tertanam dalam jiwa setiap Muslim.

Akhlak yang diajarkan Islam bersifat menyeluruh, menyangkut segala aspek kegiatan atau aktivitas manusia, ini sesuai dengan salah satu ciri atau karakteristik ajarannya yakni asysyumul ‘menyeluruh’ mencakup segala aspek kegiatan atau aktivitas manusia.

Walhasil, tuntunan akhlak yang diajarkan Islam mengarah kepada Allah SWT. Tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan bahkan alam raya dan benda-benda tak bernyawa sekalipun.

Nah, berbicara tentang sopan santun berarti menunjuk kepada hasil yang dinilai baik, karena sopan santun hanya menunjuk kepada hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada masyarakat dan di tempat si pelaku melakukan kegiatan atau aktivitas.

Dengan demikian, akhlak melahirkan sopan santun kalau hasil yang ditunjukkan manusia itu baik. Dari sini, akhlak dapat menyempit maknanya sehingga dinamai sopan santun.

Oleh karena itu, kita dapat berkata bahwa akhlak dan sopan santun yang diajarkan Islam mencakup sekian banyak nilai-nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian Muslim. Nilai-nilai ini banyak disebut secara jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.

Seperti telah dikemukakan dalam uraian tentang karakteristik ajaran Islam, bahwa salah satu cirinya adalah asysyumul ‘menyeluruh’ atau ‘ketercakupan’, maka tidak heran jika sopan santun yang dianjurkan mencakup semua objek.

Rincian aneka sopan santun itu ada yang bersumber langsung dari Al-Qur’an, ada juga yang bersumber dari ucapan, sikap dan keteladanan Nabi Muhammad SAW, dan ada pula yang diangkat dari budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sopan santun yang Islam ajarkan tertuju kepada enam objek utama, yaitu kepada Allah SWT, kepada Nabi/Rasul, sesama manusia termasuk (ibu/bapak), binatang, tumbuh-tumbuhan, lingkungan alam dan benda-benda tak bernyawa.

Namun mesti digaris bawahi, ada norma utama yang menajadi tolak ukur akhlak dan sopan santun dalam Islam secara keseluruhan, yakni adil, yang dimaknai dengan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Bukanlah pada tempatnya jika seseorang mengangungkan manusia sama dengan mengangungkan Allah SWT, betapapun tingginya kedudukan yang dimiliki oleh orang tersebut, bukanlah pada tempatnya jika menghormati pembantu sama dengan penghormatan kepada orang tua (ibu/bapak).

Tentu, semua ada batas-batasnya, itulah satu diantara makna adil, menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Karena suatu penghormatan yang bukan pada tempatnya adalah sebuah bentuk penghinaan.

Betapa kedudukan akhlak dan sopan santun demikian tinggi dan amat ditekankan oleh Islam.

Penekanan ini antara lain karena dengan akhlak dan sopan santun akan tercipta keharmonisan hubungan dan kedamaian di bumi, karena damai adalah dambaan setiap makhluk.

Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari, bahkan permusuhan dapat menjadi pertemanan yang akrab (QS. Fushshilat/41:34).

Di sisi lain, sopan santunlah yang lebih mampu meraih simpati dan menciptakan hubungan yang baik dibandingkan dengan apapun selainnya, termasuk materi.

Sopan santun adalah manifestasi akhlak yang paling banyak dilihat orang, tolak ukurnya pun dikenal luas, sekalipun oleh orang yang tidak terpelajar.

Itu antara lain disebabkan karena banyak norma dan praktiknya yang bersumber dari masyarakat. Namun, perlu digarisbawahi, ciri utama dari sopan santun adalah harus tampak ke permukaan karena itulah yang menjadi indikator utama tentang baik dan buruknya agama yang dianut seseorang.

Sejarah telah mencatat, masuknya Islam ke Indonesia bahkan Asia Tenggara, adalah bukti konkret tentang hal yang disebutkan di atas.

Para pedagang yang datang dari Timur Tengah yang masuk ke wilayah Nusantara yang notabenenya tidak mampu menggunakan lisan penduduk setempat.

Tetapi mereka berhasil menyebarkan Islam dengan bahasa sopan santun dan akhlak yang luhur, sehingga kita dapat menikmati indahnya Islam sampai saat sekarang ini.

Karena itu, sekali lagi, akhlak dan sopan santun sangat dibutuhkan, bukan saja untuk memperkenalkan wajah Islam yang budi pekerti luhur, tetapi lebih untuk menciptakan serta mewujudkan hubungan yang harmonis dan kedamaian di persada bumi ini, ‘Wallahu A’lam Bi Al-Shawab’.

Penulis: M. Affian Nasser, (Penggiat Literasi Keislaman, dan Anggota SANAD TH Khusus Makassar).

– Tulisan tersebut sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis