Opini

OPINI: Meningkatkan Pemahaman Agama Islam di Pedesaan

×

OPINI: Meningkatkan Pemahaman Agama Islam di Pedesaan

Sebarkan artikel ini

OPINI, Suara Jelata— Masyarakat Indonesia yang sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan, mayoritas penduduknya beragama Islam. Dilihat dari segi demografi desa merupakan man power yang perlu digali dan dimobilisasi untuk kebutuhan pembangunan.

Dijelaskan dalam Q.s Al-A’raf:96 diisyaratkan dilaksanakannya pembangunan masyarakat desa, yaitu “Apabila warga desa itu beriman dan bertaqwa, maka (pasti) kami bukakan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Masyarakat pedesaan secara umum mempunyai karakteristik positif, yaitu ketaatan pada tradisi maupun agama, gotong royong, kontrol sosial yang sangat kuat, kepedulian dan hubungan sesama masyarakat yang satu dengan lainnya sangat intim, juga bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Jadi, berdasarkan karakteristik tersebut, maka dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pedesaan.

Dalam upaya membangun pedesaan, berarti turut meningkatkan taraf berpikir masyarakat dari yang rendah ke yang lebih tinggi, juga menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam hal meningkatkan pemahaman agama si masyarakatnya.

Jika mendengar kata masyarakat pedesaan, hal yang terlintas di pikiran kita pasti tidak jauh dari kegiatan gotong royong dan tolong menolong. Disamping ciri tersebut, ada beberapa faktor pendukung yang menjadikan alasan mengapa pedesaan dapat dijadikan sebagai lokasi untuk mengembangkan dakwah agama Islam.

Beberapa diantaranya seperti alasan demografis, sosio-kultural, alasan politis dan alasan religius.

Dalam mengembangkan dakwah, salah satu hal yang paling penting dilakukan ialah dengan melakukan kerjasama antara tokoh agama dengan masyarakat setempat, dengan begitu dapat memicu perasaan dekat antara satu sama lain, sehingga lebih memudahkan kita untuk mengembangkan dakwah di tempat tersebut.

Kemudian yang kedua ialah dengan menggunakan bahasa lisan yang komunikatif yaitu adanya komunikasi dua arah, mendekatinya sesuai dengan karakteristik masyarakat tersebut.

Semisal gotong royong dan kepedulian serta mencarikan solusi atas problem yang muncul di masyarakat pedesaan. Dengan metode dakwah tersebut, diharapkan prosesor dakwah di pedesaan dapat berjalan lancar.

Penulis: Listianti Kip, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam FUKIS IAIM Sinjai.