OPINI, Suara Jelata— Suatu daerah pasti memiliki kelebihan tersendiri yang patut untuk dibanggakan, begitupun Kabupaten Gowa, yang memiliki wilayah teritorial yang cukup luas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga wajar ketika menyimpan kekayaan alam yang luar biasa.
Salah satunya daerah wisata Kota Malino yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal saja, namun sampai Nasional bahkan wisatawan Mancanegara tidak merasa asing lagi dengan kata Malino.
Berada sekitar 60 kilometer dari pusat kota Makassar, Malino dikenal dengan kota pariwisata dengan pohon pinus, kebun teh, air terjun, dan wisata kuliner serta lainnya. Selain itu masih banyak tempat tempat wisata favorit yang sering kali dikunjungi wisatawan, termasuk Gunung Bawakaraeng, Lembah Ramma dan perkemahan Lembanna.
Banyak yang menganggap bahwa Malino adalah kota hujan kedua setelah Bogor. Wajar ketika acara besar besaran sering kali diadakan, salah satunya “Beautiful Malino” yang dalam hitungan hari ke depan akan dilaksanakan untuk yang kedua kalinya.
Mendengar kata “Beatiful Malino”, pastinya yang terlintas di fikiran kita adalah kota yang memiliki keindahan yang luar biasa, yah sudah jelas itu. Namun di balik semuanya perlu kita ketahui bersama bahwa indahnya kata “Beautiful Malino” ada hal yang tidak enak dipandang mata, tidak elok untuk kita tatapi.
Lewat sedikit dari pusat kota Malino, tepatnya di kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong dan Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, yang juga tidak kalah indahnya dengan pusat kota Malino.
Sayangnya infrastruktur yang merupakan penghubung antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai sudah bertahun tahun tidak kunjung diperbaiki, ketika musim hujan maka genangan tidak ubahnya seperti kolam ikan.
Tidak jarang pengendara mengalami kecelakaan disebabkan jalanan yang rusak parah. Begitupun perekonomian yang mayoritas masyarakat di daerah itu bekerja sebagai petani sayur, sedikit terkendala dalam mendistribusikan hasil panennya.
Keadaan ini sudah bertahun tahun dialami oleh masyrakat sekitar dengan harapan ada sedikit perhatian dari pemerintah Daerah untuk memperbaiki infrastruktur di daerah ini.
Sehingga kata “Beautiful Malino” tidak hanya dinikmati oleh wisatawan Asing saja namun lebih penting kemudian diperhatikan adalah nasib dan kenyamanan Masyarakat setempat.
Kemajuan suatu daerah dilihat dari kesejahteraan masyarakatnya yang merupakan amanat dari undang undang dan panacasila. Namun kesejahteraan rakyat pastinya harus didukung dengan infrastruktur sehingga memudahkan dalam mengelola potensi daerah yang dimiliki.
Salam hangat dari kaki BawaKaraeng yang butuh sedikit perhatian.
Penulis: Zulfadli (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
-Tulisan tersebut adalah tanggung jawab penuh penulis.