OPINI, Suara Jelata — Aku rindu dengan orang-orang yang selalu setia mendampingi langkahku, tindakanku, dan apapun itu, aku rindu.
Aku tidak tahu akan rindu dengan siapa ketika orang yang sering mengritik dan menawarkan solusi terhadap apa yang aku kerjakan itu sudah tidak ada lagi.
Maka gunakan pikiranmu, kesadaran kritismu, lidah tajammu, tanganmu, untuk selalu berteriak kepada para bandit-bandit di luar sana.
Banyak permalahan-permasalahan yang sering kita jumpai di dalam kehidupan masyarakat, baik hegemoni simbol dan lain sebagainya, karena simbol itu bisa digunakan untuk mendapatkan kekuasaan.
Ketika kita berbicara masalah kekuasaan, itu tidak terlepas dari pembahasan mengenai penguasa. Kita lihat konteks, sekarang banyak orang-orang yang menempuh pendidikan formal misalnya dari TK, SD, SMP, SMA hingga sampai pada Kuliah.
Agar bagaimana kemudian bisa menjadi Sarjana dan mendapatkan titel ataupun gelar.
Gelar yang dia dapatkan itu sudah menjadi modal, baik modal untuk mendapakan kekuasaan, eksistensi di masyarakat, ataupun di jadikan gaya.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat itu adalah hegemoni simbol atau tanda, misalnya yang sudah saya sebutkan di atas bahwa gelar Sarjana itu bisa dijadikan sebagai alat untuk bagaimana kemudian kita menduduki atau mendapatkan kekuasaan.
Karena orang-orang yang namanya sudah komodifikasi atau diubah dengan cara menambahkan awalan Prof, Dr, kyai, dll dan akhiran namanya ditambah dengan S.Sos, S.Ip dll, misalnya nama aslinya adalah Muh. Nurhidayat kemudian dikomodifikasi menjadi Dr. Muh.Nurhidayat, S.Ip.
Ketika nama seseorang sudah dikomodifikasi sedimikian rupa seperti yang saya contohkan tadi maka namanya akan diagung-agungkan di tengah masyarakat.
Mereka sudah dihormati, tangannya di cium sampai orang-orang tunduk di hadapannya dan nilai-nilai seperti itu akan mengakar di dalam kehidupan masyarakat.
Maka dari itu ketika mereka sudah di kagumi di masyarakat dengan modal titel Sarjananya, dia akan mudah menggerakkan orang-orang yang kagum dengannya untuk mendapatkan kedudukan di bangku kekuasaan.
Orang-orang yang ingin duduk di bangku kekuasaan, kita tidak akan tahu bahwa hari ini misalnya dia mengatakan aku bersama rakyat, aku akan memperjuangkan kepentingan rakyat, aku rela mati demi kepentingan rakyat, dan lain sebagainya, kemudian di hari esok ketika sudah berbaur dengan kekuasaan.
Kita tidak bisa munafikkan bahwa segelintir orang yang duduk di bangku kekuasaan itu tidak menjalankan apa yang seharusnya mereka jalankan.
Ketika kita bicara masalah fungsi penguasa, mereka harus mensejahtrakan rakyatnya bukan malah menyensarahkan rakyatnya, karena dengan bantuan rakyatlah sehingga mereka bisa duduk di bangku kekuasaan itu.
Permainan simbol-simbol di tengah masyarakat itu adalah bentuk penjajahan kesadaran manusia.
Ketika berbicara dalam ranah kampus, banyak kebobrokan yang ada di dalam Kampus tersebut, seperti SPP Mahasiswa yang mahal, tidak diberikannya fasilitas yang layak kepada Mahasiswa.
Pimpinan Universitas seharusnya mengatasi permasalahan seperti itu, karena orang yang menjadi seorang pemimpin itu adalah orang yang siap dikritik dan diberikan masukan, siap mengatasi kebobrokan yang ada di dalam Kampus.
Itulah pemimpin yang ideal dan harus di banggakan. Misalnya di kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), banyak sebuah permasalahan seperti yang saya sebutkan di atas bahwa SPP yang tidak sesuai, Fasilitas tidak layak.
Pemilihan Rektor sudah selesai dan yang terpilih sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sekarang adalah Prof. Hamdan Juhannis, namanya sudah dikenal di tengah masyarakat dari kalangan remaja sampai kalangan tua karena dia juga sebagai seorang penulis buku yang berjudul Melawan Takdir.
Sebagian orang-orang sudah memberikan ucapan kepada beliau atas apa yang dia dapatkan, ucapan-ucapan selamat dan sebagainya.
Sebagian orang kagum dengannya, sebagian orang gembira karena dia yang terpilih sebagai Rektor, sebagian orang menjemputnya dengan ucapan-ucapan selamat, bangga, dan bahagia, itulah ucapan–ucapan selamat datang dari mereka.
Kita kedatangan calon “Kawan baru“ kawan, saya sendiri akan memanggilnya dengan sebutan Kawan Hamdan, ketika dia benar-benar berjalan beriringan dengan kepentigan kolektif, sebab sebutan ini cocok dalam baris perjuangan, tidak ada yang menduduki kelas atas dan kelas bawah.
Karena kita sama-sama memperjuangkan kepentingan bersama untuk menciptakan Kampus yang damai, bersih, mengilangkan kebobrokan yang terkhusus pada Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Saya juga membirakan ucapan, cukup dengan ucapan “Selamat Datang”, tidak lebih dan tidak kurang, cukup sampai di situ ucapannya dan ini tulisanku sebagai hadiah kepada anda yang terpilih sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dan ingat, bahwa setiap langkahmu, tingkahmu akan aku perhatikan, kau harus menerima kertitikan-kritikan masiswa terkhusus UINAM.
Maka dari itu, kita jangan pernah diam untuk mengkritisi seorang pemimpin yang tidak menjalankan apa yang seharusnya dia harus jalankan.
Jika kau diharuskan memberontak, memberontaklah kawan, jangan kau bungkus kesadaran kritismu dengan ketakutakan, jangan kau pertuhankan ketakutanmu.
Ingat kawan, berteriak melalui tulisan ataupun melalui demonstrasi karena itu tidak salah kawan, sudah terlalu banyak orang yang mahir dalam teori tanpa aksi dan aksi tanpa teori, tapi bukan itu yang di harapkan dunia ini, yang di harapkan adalah orang yang mampu mengkobinasikan antara teori dan aksi.
Sekali lagi selamat datang untuk kau yang terpilih sebagai Rektor di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Penulis: Muh Nurhidayat S, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar (UINAM).
– Tulisan tersebut adalah tanggung jawab penuh penulis.