Opini

OPINI: Kampus dan Peran Mahasiswa di Tengah Pandemi

×

OPINI: Kampus dan Peran Mahasiswa di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini
Hanafi

OPINI, Suara Jelata— Kata kampus sendiri sering sudah kita dengar dan menjadi istilah familiar yang tidak asing lagi di mata masyarakat dari berbagai lapisan. Bahkan kampus juga dianggap miniatur negara, karena transformasi akademik maupun metodologi dan tingkatan di dalamnya yang berbeda dengan tingkatan sekolah menengah ke bawah.

Rocky Gerung mengatakan, bahwa kampus merupakan pusat akal sehat manusia, artinya bagaimana kampus dapat berfungsi untuk mencetak manusia yang memiliki nilai akademis, pencipta dan pengabdi dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Kampus juga bisa dikatakan tempat kebutuhan pokok manusia setelah makan dan minum untuk menunjang manusia dalam memenuhi hajatnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna untuk bangsa dan agama.

Di era globalisasi saat ini, tentu banyak pola-pola perubahan di dalam tatanan sosial, termasuk pendidikan itu sendiri.

Perubahan tersebut ditandai dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat yang menjadi warna kemajuan sendiri dalam dunia pendidikan.

Selain itu, perubahan juga ditandai semenjak munculnya pandemi Covid-19 yang dalam hal ini sangat berdampak terhadap dunia pendidikan itu sendiri, meski dampak akibat pandemi menciptakan wajah adaptasi baru dalam ruang pendidikan yang lebih beralih ke digitalisasi karena segala proses pembelajaran sudah serba teknologi.

Selain itu, dampak negatif yang muncul akibat pandemi karena kurang kesiapan dalam menjawab pola perubahan baru ini dengan cepat. Akibatnya, problematika pendidikan kembali melebar.

Meski demikian, dampak positifnya di dunia pendidikan dapat dilihat bagaimana masyarakat dituntut agar dapat melek teknologi untuk dapat beradaptasi sehingga konsumsi masyarakat dalam pendidikan melalui tekhnologi semakin tinggi.

Era globalisasi memang ditandai dengan meningkatnya teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi para aktor di dalam dunia pendidikan, seperti dosen dan mahasiswa mudah mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai refrensi yang dapat diperoleh dari internet maupun sarana dan prasarana dalam penyambung pendidikan yang mudah terfasilitasi dengan produk media yang dihasilkan.

Terlebih di tengah pandemi sudah tidak dipungkiri bahwa pola adapatasi baru dalam dunia pendidikan lebih beralih ke dalam jaringan (daring). Kendati demikian, dengan segala kemudahan yang ada, terutama bagi mahasiswa menjadi tantangan sendiri bagaimana untuk mampu peka atas segala informasi dan kritis dalam membangun paradigma di abad digitalisasi ini.

Sebab juga, terkadang mahasiswa terjebak dengan percikan globalisasi seperti budaya hedonis, budaya konsumtif maupun budaya malas sehingga gerak reaktualisasi hilang. Akibatnya, kampus tidak dapat memberikan fungsi terhadap dirinya sebagai reaktualisasi dalam berfikir, marena Finley Fater Dunoe mengatakan “Kita bisa mengantar orang memasuki universitas, tapi belum tentu bisa membuatnya berfikir’’.

Bagi mahasiswa sekarang yang menikmati dunia pendidikan di tengah pandemi, menuntut kita bersama untuk aktif dengan menjemput media yang dapat menghubungkan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Sebab menggantungkan harapan dapat ilmu dari kampus terutama kelas, sulit untuk efektif, mengingat beberapa kajian yang dilakukan oleh penulis. Banyak problematika baru yang terjadi akibat pandemi, seperti tidak efektifnya pembelajaran daring, keterbatasan ruang pembelajaran, kesiapan yang kurang baik dalam menjawab pembelajaran digital maupun problematika lainnya.

Kondisi inilah yang membutuhkan peran kita bersama, baik pemerintah, masyarakat maupun mahasiswa itu sendiri.

Karena peran penting mahasiswa di tengah krisis akibat pandemi ini masih sangat dibutuhkan, mengingat problem akibat pandemi tidak hanya membuat stagnasi dalam dunia pendidikan tapi juga ekonomi, hukum, moralitas maupun yang lain-lain.

Masyarakat yang sekarang lebih diarahkan dan sebagai pengguna teknologi seperti smartphone, bagaimana kontribusi mahasiswa dalam memberikan produksi maupun distribusi berita yang positif dan mengedukasi sangat diperlukan.

Seperti yang berhubungan dengan karya ilmiah mahasiswa yang dapat dipublikasikan dalam karya, seperti karya ilmiah, baik berbentuk jurnal, artikel, atau suara mahasiswa melalui opini di media sosial maupun lain-lainnya baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk video, sehingga dengan demikian dapat mengedukasi masyarakat.

Karenanya, bangsa Indonesia dalam menuju peradaban sangat membutuhkan gagasan brilian yang dimiliki oleh mahasiswa. Dengan demikian, untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara ini mampu terbuka, adil, dan bertanggung jawab.

Untuk itulah menjadi sangat urgent bagi mahasiswa di tengah pandemi ini untuk semakin menghidupkan budaya yang berkaitan dengan intelektual mahasiswa. Menghasilkan ide dan gagasan dari hasil musyawarah atau berdiksusi, membaca buku kemudian menulis, riset di lapangan meski secara kecil-kecilan tampaknya masih menjadi senjata ampuh bagi mahasiswa.

Sebab, gelar mahasiswa menjadi logika pendidikan sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Sehingga logika pendidikan tersebut harus pula beriringan dengan logika masyarakat, bahwa mahasiswa sebagai harapan bangsa.

Jangan sampai masyarakat berpersepsi mahasiswa sudah tidak terlalu dibutuhkan lagi, sehingga mahasiswa dipandang sebelah mata, akibatnya peran aktualisasi membangun masyarakat madani (social society) akan sulit.

Maka dengan lebih dialihkan ke dalam jaringan (daring), bagaimana peran mahasiswa seperti mendorong kesadaran pemerintah untuk bersungguh-sungguh mengusahakan perbaikan nasib bangsa, mereduksi egoisme kelompok dan arogansi individual, membangun gerakan produktif, perhatian yang serius terhadap aspek pendidikan dan moral religius, memproduksi berita yang positif di media sosial, sebagai sumbangsih tenaga pendidik, dan lain-lain yang sesuai dengan tupoksi mahasiswa itu sendiri menjadi tanggung jawab narasi yang harus diejawantahkan.

Untuk itulah konsepsi-konsepsi mahasiswa yang siap operasional dalam menjawab tantangan pendidikan di tengah pandemi ini menjadi prioritas.

Penulis: Hanafi, Mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Madura

Tulisan tersebut di atas merupakan tanggungjawab penuh penulis