MAGELANG, Suara Jelata – Bertujuan untuk mencegah keausan batu Candi Borobudur serta pemberdayaan UMKM, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, gelar kegiatan Workshop Pembuatan Sandal Khusus “Upanat Borobudur”.
Kegiatan yang dilaksanakan bertempat di Balkondes Ngargogondo Kecamatan Borobudur, Senin-Kamis (04-07/10/2021). Pesertanya adalah para perajin sandal dari 20 Desa se-Kecamatan Borobudur, di mana masing-masing desa mengirim dua orang perajin.
Dalam kesempatan tersebut, Koordinator Substansi Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Syukur Asih Suprojo, mengatakan kegiatan tersebut juga bekerjasama dengan Balai Konservasi Borobudur. Terkait dengan pelatihan memproduksi sandal yang aman terhadap batu Candi Borobudur.
Adapun filosofinya berdasarkan relief nomor 150 di Karmawibhangga Candi Borobudur, namanya Upanat atau persembahan yang berwujud sandal.
Menurut kajian penelitian dari Balai Konservasi Candi Borobudur, batu Candi Borobudur mengalami keausan. Hal tersebut disebabkan oleh pengunjung yang menggunakan bermacam alas kaki.
“Jika alas kakinya seperti sandal atau sepatu keras, maka akan lebih cepat merusak batuan Candi Borobudur. Ke depan pengunjung akan mendapatkan sandal khusus dengan alas yang lebih lunak agar keausan batuan candi dapat berkurang,” ucap Syukur Asih Suprojo.
Untuk mewujudkan hal tersebut, melalui Program Pemajuan Kebudayaan Desa, ada tiga tahapan. Mulai dari temu kenali potensi, pengembangan potensi, dan ujungnya pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pembuatan sandal yang aman bagi batuan Candi Borobudur, dengan melibatkan perajin sandal yang merupakan warga Kecamatan Borobudur. Hal itu sekaligus agar bisa memberikan dampak secara ekonomi dan kesejahteraan kepada warga setempat.
Syukur mengatakan, kawasan Candi Borobudur digenjot pariwisatanya, namun dari sisi pelestarian cagar budaya harus dijaga. Termasuk ada pembatasan pengunjung yang naik ke Candi Borobudur.
“Oleh karenanya kami terus bersinergi dengan Balai Konservasi Candi Borobudur serta PT TWCB. Harapannya jangan hanya di tataran workshop, namun juga harus implementatif dan berkelanjutan,” terang Syukur Asih Suprojo.
Syukur menambahkan, dalam pelatihan tersebut mengundang pemateri produsen sandal, salah satunya dari Yogyakarta.
“Pemateri sharing pengalaman kepada peserta yang merupakan perajin sandal, dan untuk bahan baku sandal sebisanya dapat diperoleh di sekitar Borobudur,” pungkas Syukur. (*)