MAGELANG JATENG, Suara Jelata – Hingga tahun 1980-an Dusun Puntingan, Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah masih berpenghuni sekitar 6-7 keluarga. Namun sejak tahun 1985, dusun itu mulai ditinggalkan penghuninya satu per satu.
Menurut keterangan Kepala Desa Dlimas, Saebani, dulu Dusun Puntingan dihuni 10 kepala keluarga. Mereka terbilang masih bersaudara dekat, yang lahir dan besar di Dusun Puntingan itu.

Namun, mulai sekitar tahun 1985, satu per satu warga Puntingan keluar dari dusun. Ada yang merantau ke Sumatera, ada juga yang pindah ke dusun atau desa lain dengan sebab-sebab tidak jelas.
“Penghuninya dulu kurang lebih 10 orang. Terus akhirnya pindah satu per satu hingga akhir tahun 2020-an masih ada 1 keluarga yang dihuni oleh 2 orang,” kata Saebani, Jumat (02/09/2022).
Saebani bercerita, penghuni terakhir Dusun Puntingan adalah keluarga Istiono. Keluarga ini hanya suami-istri yang rumahnya paling ujung timur dusun itu.
Lama sekali Istiono dan istrinya menempati rumah terakhir di Dusun Puntingan. Rumah-rumah lainnya sudah tidak lagi berbentuk bangunan karena tertutup tanaman liar yang merambat.
“Sekitar tahun 2020, Istiono jatuh sakit dan meninggal. Rumah tinggalnya kemudian dikosongkan, karena istri Istiono juga sakit dan diboyong anaknya yang tinggal di Dusun Koripan, Tegalrejo,” ujar Saebani.
Meski kini tinggal puing-puing, masih bisa dilihat bekas bangunan rumah bercat putih dan hijau itu dulu tampak asri di bawah naungan rumpun bambu. Tembok muka rumah dihiasi ornamen batu alam yang sebagian besar sudah terkelupas. Dari bentuk dan ukuran rumah yang besar, bisa ditebak penghuninya dulu adalah orang yang berkecukupan.
“Seingat saya, rumah milik Istiono itu diwariskan kepada anaknya. Namun karena anak-anaknya tinggal jauh, tak satupun mau menempati rumah di Dusun Puntingan. Jadi tidak ada yang tinggal di situ, mungkin karena tidak ada tetangga, begitu,” ujar Kades Saebani.
Sementara menurut keterangan Sakdan, Kepala Urusan Pelayanan Desa Dlimas, didapat informasi para penghuni Dusun Puntingan sebelum menjadi “dusun mati”. Menurut Sakdan, dusun tersebut pernah dihuni oleh 7 kepala keluarga.
“Mereka adalah Imam Mustajab, Basam, Piatun, Mundirman, Mbah Sidah, Istiono, sama Ismail anaknya Pak Basam,” tutur Sakdan.
Dari 7 rumah yang dulu pernah dihuni di Dusun Puntingan, hanya rumah milik Istiono dan Mundirman yang masih terlihat bentuk bangunannya. Rumah lainnya tinggal tersisa fondasi yang menyembul di sela-sela rumput liar.
Terkait dengan cerita yang tersebar tentang makhluk astral yang menguasai Dusun Puntingan, Sakdan kurang sependapat dengan cerita mistis tersebut.
Sakdan mengatakan dulu warga di Dusun Puntingan yang berada dekat gumuk (bukit kecil) itu kurang bergaul. Kurang rukun satu dengan lainnya. Mereka kan keluarga dekat, bisa jadi arena masalah warisan saja.
“Jadi menurut saya bukan karena ada gangguan (makhluk halus). Cuma memang tempatnya orang bilang singup (angker). Sebelah makam itu ada gumuk yang di tengahnya ada pohon Pakel,” pungkas Sakdan. (Iwan)