SLEMAN DIY, Suara Jelata – Pewarta Foto Indonesia (PFI) Jogjakarta akan menggelar pameran foto jurnalistik bertajuk “Kilas Pitulas”. Kegiatan tersebut bertepatan dengan peringatan 17 Tahun gempa bumi berkekuatan M 5,9 yang mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 26 Mei 2006 silam.
Pameran foto yang bakal menampilkan 59 karya dari para pewarta foto lintas generasi dan media tersebut akan berlangsung mulai tanggal 26 Mei hingga 2 Juni 2023. Tempatnya di Warung Mie Ayam dan Bakso Dhongso, Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ketua PFI Jogjakarta Oka Hamied mengatakan, pameran ini merupakan refleksi sekaligus mengenang peristiwa yang pernah terjadi dan menimpa masyarakat DIY dan Jawa Tengah 17 tahun silam.
“Kilas Pitulas atau Kilas Tujuh Belas, kami jadikan sebagai tema besar dalam menghadirkan kembali kilasan peristiwa gempa 17 tahun lalu yang menelan korban jiwa lebih dari 5.700 orang. Banyaknya karya yang berjumlah 59 foto kami selaraskan dengan kekuatan gempa yang berkekuatan M 5,9,” ujar Oka Hamied (24/05/2023).
Oka menjelaskan, tujuan dari pameran ini adalah agar pemerintah dan masyarakat dapat lebih perduli akan mitigasi kebencanaan. Karena gempa yang berpusat di Kabupaten Bantul 17 tahun yang lalu merupakan pelajaran penting bagi seluruh masyarakat.
Dengan adanya mitigasi kebencanaan yang baik dan benar, lanjut Oka, maka kerusakan dan korban bencana juga dapat diantisipasi.
“Tak hanya kejadian 17 tahun di masa lampau, Kilas Pitulas juga menyuguhkan dokumentasi terkini masyarakat yang sadar akan pentingnya mitigasi kebencanaan yang baik,” jelasnya.
Sejumlah catatan sejarah menunjukkan bahwa gempa bumi sudah berulangkali terjadi di Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta setidaknya pernah dilanda 12 kali gempa bumi yang bersifat destruktif atau merusak. Sebelum tahun 2006, bencana gempa juga terjadi pada tahun 1840 dan 1859 yang diikuti tsunami. Kemudian juga terjadi pada tahun 1867, 1875, 1937, 1943, 1957, 1981, 1992, 2001, dan 2004.
Gempa bumi berkekuatan M 5,9 yang terjadi pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 silam menjadi bencana paling mematikan dalam sejarah modern di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ingatan pendek masyarakat menyebabkan banyak bencana yang pernah terjadi dilupakan, sehingga saat kembali berulang, kerusakan dan korban jiwa kembali berjatuhan.
Oka berharap, di masa depan gempa tak boleh lagi menjadi bencana mematikan. Oleh karena itu pengetahuan tentang gempa atau mitigasi kebencanaan perlu ditingkatkan kembali, terlebih di DIY menjadi daerah yang sangat rawan akan bencana.
“PFI Jogjakarta melalui pameran foto jurnalistik ‘Kilas Pitulas’ berharap bisa mengajak masyarakat untuk menjaga kesadaran tentang risiko bencana gempa. Serta merawat memori kolektif akan bencana gempa, dan juga melihat ketangguhan masyarakat saat menghadapi bencana gempa,” harapnya. (Iwan)