Suara Jelata – Dalam proses pembelajaran sudah dipastikan guru akan memberikan tugas kepada peserta didik agar mereka lebih menguasai kompetensi tertentu sebagai tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Tugas tersebut dapat berupa tugas mandiri terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur.
Tugas mandiri terstruktur merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik individu maupun kelompok dengan waktu pengumpulan ditentukan oleh guru. Sedangkan tugas mandiri tidak terstruktur merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik individu maupun kelompok, di mana waktu pengumpulannya ditentukan sendiri oleh peserta didik.
Selain bertujuan untuk lebih mengelaborasikan kompetensi peserta didik, pemberian tugas juga bertujuan untuk melatih tanggung jawab peserta didik. Jika tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok, dapat juga melatih peserta didik untuk saling bekerja sama atau memperkuat tim kerja (Erwin Widiasworo, 2017).
Tidak konsisten
Namun sering dijumpai, ketika tiba batas waktu yang telah disepakati bersama, masih saja ada beberapa peserta didik yang tidak konsisten mengumpukan tugas sesuai target yang telah ditentukan. Tentunya mereka mempunyai berbagai alasan. Mulai dari alasan belum selesai, lupa, tertinggal di rumah, sibuk membantu orang tua, sakit, dan berbagai alasan lain. Pada umumnya berbagai alasan tersebut menjadi alasan peserta didik untuk membela diri.
Bagaimanapun alasannya, pada dasarnya mereka tidak dapat mengumpulkan tugas tepat waktu. Parahnya ada di antara mereka, hingga asesmen akhir semester dan batasan pengumpulan nilai ke wali kelas telah berakhir, masih saja ada peserta didik yang belum mengumpulkan tugas. Padahal para guru sebagai pendamping sudah sering memanggil bahkan mencari di kelas. Namun peserta didik tersebut selalu menghindar.
Sebagai guru, tentunya tidak akan membiarkan fenomena tersebut terjadi dan berlangsung terus menerus. Selain dapat menular ke peserta didik lain, kondisi ini memperlihatkan kurangnya memiliki rasa tangung jawab pada diri sendiri. Oleh karena itu, ada beberapa alternatif yang dapat dapat dilakukan untuk meminimalisir fenomena tersebut.
Pertama, mengadakan kontrak belajar. Implikasi kontrak belajar tak lain yaitu kesepakatan-kesepakatan yang dibuat antara guru dengan peserta didik terkait kegiatan yang akan dijalaninya selama satu tahun pelajaran ke depan. Salah satunya adalah tentang penugasan yang meliputi perencanaan waktu pemberian tugas, tata cara pengumpulan, hinga sanksi bagi peserta didik yang terlambat ataupun tidak mengumpulkan tugas. Kontrak belajar yang telah dibuat, ditulis dan di tempel di papan pengumuman kelas, sehingga semua dapat melihat dan membacanya. Dengan kontrak belajar, kegiatan pembelajaran akan dapat berlangsung kondusif.
Kedua, pendekatan personal. Langkah-langkah pendekatan personal perlu dilakukan guru terhadap mereka yang terlambat mengerjakan tugas. Dengan mengajaknya berbicara dan mencari tahu alasan mereka tidak mengerjakan tugas, akan lebih memudahkan guru untuk mencarikan solusinya. Dalam melakukan pendekatan ini, hendaknya emosi dan sikap perlu dikondisikan. Jangan sampai peserta didik malah menjadi takut. Untuk itu guru perlu memberi motivasi, agar mereka memiliki semangat untuk belajar dan meraih prestasi.
Ketiga, mengoreksi dan menyampaikan hasil tugas. Tugas yang telah dikerjakan peserta didik yang sudah dikumpulkan, sebaiknya segera dikoreksi dan hasilnya disampaikan secara transparan. Hal penting dilakukan, mengingat peserta didik selalu berharap dapat segera mengetahui hasilnya. Jika guru sampai berlarut-larut tidak segera mengoreksi tugas dan menyampaikan hasilnya, imbasnya akan membuat peserta didik kecewa dan tidak akan lagi menghiraukan tugas yang diberikan.
Kelima, memberikan penghargaan. Untuk peserta didik yang telah mengumpulkan tugas tepat waktu, sebaiknya guru memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi. Penghargaan bisa dengan pujian, pemberian nilai lebih ataupun ucapan terima kasih. Dengan penghargaan yang diberikan, peserta didik akan lebih semangat dan termotivasi untuk selalu mengerjakan tugas tepat waktu.
Motivasi
Bertitik tolak dari hal tersebut menegaskan bahwa, proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didik mulai dari ranah yang paling kecil sampai yang komprehensif. Kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran akan menjadikan peserta didik lebih termotivasi untuk segala berubah dan berbenah.
Untuk itu pihak sekolah dan para guru yang juga termasuk di dalamnya perlu lebih fokus untuk mengelaborasikan berbagai macam bentuk pelayanan yang akan membantu keberhasilan dan keunggulan peserta didik dalam pengembangan keutamaan akademis mereka. Keutamaan akademis merupakan sikap untuk selalu terbuka, mau belajar terus menerus, bersikap kritis terhadap objek pengetahuan dan ilmu yang dipelajari demi pengembanan peserta didik di masa depan.
Dengan mengedepankan pelayanan optimal pada peserta didik, akan dapat memberikan dampak ikutan bagi peserta didik untuk lebih termotivasi, menumbuhkan semangat belajar, termasuk dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan tulus dan tanpa tekanan. (*)
Penulis:
Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Guru Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Alumnus Magister Pendidikan UST Yogyakarta