Opini

TPA Buku Deru-deru Takome Ternate, Tantangan Lingkungan Menjelang Hari Lingkungan Hidup dan CSS 2025

×

TPA Buku Deru-deru Takome Ternate, Tantangan Lingkungan Menjelang Hari Lingkungan Hidup dan CSS 2025

Sebarkan artikel ini

TPA Buku Deru-deru Takome menghadapi masalah klasik yang mengancam kelestarian lingkungan.

TPA Buku Deru-deru Takome Ternate, Malut. (foto: istimewa)

Suara Jelata Saat ini merupakan masa menjelang peringatan Hari Lingkungan Hidup yang jatuh setiap tahun setiap tanggal 5 Juni. Pada tahun 2025 ini, secara internasional akan dilaksanakan di Jeju Korea Selatan dengan Tema “Mengakhiri Polusi Plastik”. 

Ternate, sebagai kota terpadat di Provinsi Maluku Utara, semakin dihadapkan pada tantangan besar terkait pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Buku Deru-deru Takome. Hal ini semakin relevan seiring dengan acara bergengsi, City Sanitation Summit (CSS) XXIII, yang juga akan digelar di Kota ini pada bulan Juni 2025. Di balik kemegahan acara skala Nasional tersebut, ada keprihatinan mendalam terkait kapasitas TPA yang semakin overload dan potensi kerusakan lingkungan serta kesehatan yang mengancam jika masalah pengelolaan sampah tidak segera ditangani.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

TPA Buku Deru-deru Takome dan Dampak Lingkungan yang Mengancam

TPA Buku Deru-deru Takome, yang menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di Kota Ternate, menghadapi masalah klasik yang mengancam kelestarian lingkungan. Salah satu dampak paling signifikan dari pengelolaan sampah yang buruk adalah emisi gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik. Gas metana ini dikenal sebagai gas rumah kaca yang sangat kuat, berpotensi memperburuk perubahan iklim dan meningkatkan suhu bumi secara drastis.

Gas metana yang bocor dari TPA ini tidak hanya menjadi ancaman bagi stabilitas iklim global, tetapi juga berisiko merusak kualitas udara di sekitar area permukiman. Masyarakat sekitar TPA Buku Deru-deru Takome, yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir, kini semakin merasakan dampak buruknya. Meski metana tidak berwarna dan tidak berbau, gas ini sangat berbahaya jika terhirup dalam jumlah banyak, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua yang dapat mengalami gangguan pernapasan. Beberapa berita terkait polusi bau yang dihasilkan olah TPA ini yang dikeluhkan oleh warga masyarakat sekitar lokasi TPA ini di publikasi oleh beberapa koran lokal baik offline maupun online di antaranya Halmahera Post dan Halmahera Raya tanggal 14 Juli 2021; Cermat tanggal 29 Agustus 2021, 5 Oktober dan 7 November 2024; Nuansamalut.com tanggal 2 Oktober 2024; Kompasiana tanggal 29 Desember 2024; Tribunternate.com tanggal 11 April 2025;

Selain dampak terhadap kesehatan manusia, gas metana yang terus terakumulasi juga akan memperburuk perubahan iklim yang sudah semakin terasa, dengan cuaca yang tidak stabil dan potensi kerusakan ekosistem laut yang lebih besar. Kota Ternate, yang terletak di pesisir, sangat bergantung pada kondisi alam dan sumber daya laut, yang jika terganggu dapat merugikan perekonomian dan kualitas hidup masyarakat.

TPA Overload: Tantangan Pengelolaan Sampah yang Makin Mendesak

Masalah utama yang dihadapi TPA Buku Deru-deru Takome adalah overload sampah yang terus meningkat. Meskipun TPA ini telah memiliki zona tertutup untuk mengurangi emisi gas metana, kenyataannya gas tersebut tetap bocor dan mencemari lingkungan. Selain itu, ketidakmampuan dalam pemilahan sampah semakin memperburuk keadaan. Sampah yang tidak terpisahkan dengan baik antara sampah organik dan non-organik memperumit proses pengelolaan dan memicu pencemaran lebih lanjut.

Sampah non-organik, seperti plastik, logam, dan kaca, membutuhkan waktu lama untuk terurai dan terus menumpuk di TPA, sementara sampah organik yang terdekomposisi menghasilkan gas metana yang berbahaya. Tanpa adanya sistem pemilahan sampah yang efektif dari sumbernya, masalah ini tidak akan bisa diselesaikan dengan cepat. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah menjadi langkah awal yang penting untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA.

Solusi Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan

Menjelang Hari Lingkungan Hidup 2025, yang bersamaan dengan pelaksanaan City Sanitation Summit (CSS) di Ternate, muncul harapan baru bagi perbaikan pengelolaan sampah di kota ini. Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk mengelola sampah secara lebih efisien. Teknologi pengomposan (composting) untuk sampah organik, misalnya, dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA sekaligus menghasilkan pupuk yang bermanfaat untuk pertanian di sekitar Ternate.

Selain itu, sistem pengolahan sampah organik yang menghasilkan biogas bisa dimanfaatkan untuk mengurangi emisi gas metana dan menghasilkan energi terbarukan. Biogas yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah organik ini bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik mini yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar. Dengan cara ini, Ternate dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mengurangi dampak negatif dari sampah.

Menghadapi Tantangan di CSS 2025: Memperkuat Kerjasama untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Sebagai kota yang akan menjadi tuan rumah City Sanitation Summit (CSS) 2025, Ternate memiliki kesempatan besar untuk menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan pengelolaan sanitasi dan sampah yang lebih ramah lingkungan. Acara ini akan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan strategi dalam mengatasi permasalahan sampah yang kian mendesak.

Pada saat yang sama, Hari Lingkungan Hidup 2025 menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap bumi. Dengan semakin banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, sudah saatnya kita semua mengambil tindakan nyata. Dari pemilahan sampah di rumah tangga hingga penerapan teknologi pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan, setiap individu dan komunitas memiliki peran besar dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.

Penting untuk diingat bahwa masalah sampah bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama. Masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah daerah harus bersinergi untuk menciptakan solusi yang efektif. Dalam kerangka acara CSS 2025, Ternate memiliki peluang untuk menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam hal pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berbasis teknologi.

Menyongsong Masa Depan yang Lebih Bersih dan Sehat

Jika langkah-langkah ini diambil dengan serius dan bersama-sama, Ternate dapat menjadi kota yang lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan. Mengurangi dampak kerusakan akibat sampah di TPA Buku Deru-deru Takome bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas kita semua. Hari Lingkungan Hidup 2025 seharusnya menjadi titik balik bagi kita untuk memulai perubahan yang lebih besar, untuk kota ini dan untuk generasi yang akan datang.

Mari bersama-sama berkomitmen untuk menjaga kebersihan, mengelola sampah dengan bijak, dan memperbaiki kualitas udara serta lingkungan kita. Hanya dengan kerja sama yang erat antara semua pihak, kita dapat memastikan bahwa bumi yang kita tinggali tetap lestari dan sejahtera. (*)

Penulis:
Muhammad Assagaf
Ketua Trash Hero Chapter Ternate