
OPINI, Suara Jelata — Kondisi jalan di desa Bonto Katute seperti surga dunia, itulah ungkapan yang pas untuk menggambarkan negeri yang elok nan rupawan Indonesia.
Bagaimana tidak, nusantara tercinta dengan hamparan hutan nan hijau di sepanjang pulau, birunya laut yang membentang, gunung yang menjulang, beragam flora dan fauna ditambah sumber daya alam yang memikat, emas, batu bara dan minyak bumi hanyalah secuil dari sumber daya alam yang terkandung di perut ibu pertiwi kita tercinta.
Namun dengan adanya sebuah problem atau sebuah ancaman teror bagi warga, Itulah yang sering dirasakan warga desa Bonto Katute, kecamatan Sinjai Borong, kabupaten Sinjai.
Prihal keluhkan tentang kondisi jalanan yang rusak parah, bahkan kondisi jalan yang sempit dan berlumpur serta sering longsor saat musim hujan tiba, sudah puluhan tahun mengalami kerusakan dan sangat meresahkan warga setempat khususnya di dusun Maroangin dan Bolalangiri.
Di tengah kucuran dana desa yang melimpah, dapat dinilai bahwa pemerintah tidak mampu menghadirkan infrastruktur yang dibutuhkan warganya, dalam hal ini jalan.
Pemerintah yang katanya setiap tahun menggelontorkan anggaran di desa untuk pembangunan infrastruktur tetapi hasilnya begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan.
Kondisi jalan yang rusak dan berlubang, sering terjadi mengakibatkan kecelakaan tunggal karena terperosok ke dalam lubang jalan yang rusak.
Tentu hal tersebut secara tidak langsung mengancam nyawa pengguna jalan.
Apalagi terkadang lubang di jalan yang rusak tersebut tertutupi oleh genangan air, sehingga pengguna jalan harus lebih waspada berkendara saat kondisi hujan ataupun malam hari.
Jika jalan berlubang atau rusak, idealnya segera dilakukan perbaikan oleh pemerintah setempat, sayangnya, di Indonesia persoalan kewenangan memperbaiki jalan saja terkotak-kotak.
Misal dalam satu wilayah atau kota, tanggung jawab perawatan dan perbaikan jalan berbeda-beda.
Pasalnya ada pula yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat namun ada juga yang harus pemerintah pusat, inilah yang sangat membingungkan publik.
Pemerintah seakan buta dan tuli atas permasalahan yang terjadi dengan rakyat.
Sistem demokrasi kapitalis yang diterapkan di negeri ini menjadikan peran negara dalam melayani masyarakat menjadi sangat minim.
Kemudian diperparah dengan sistem politik serta birokrasi yang berbelit-belit membuat negara semakin tidak mampu dalam melakukan pelayanan kepada rakyatnya
Inilah bukti kebobrokan sistem demokrasi-kapitalis, atau sistem yang menyebabkan tercabutnya rasa kemanusiaan pada setiap penganutnya.
Demokrasi yang katanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, sejatinya tidak lebih hanya semboyan semata. Faktanya rakyat hanya dibutuhkan suaranya pada saat momen pemilihan umum (PEMILU).
Namun ketika usai maka rakyat terlupakan. Realitas yang terjadi malah sebaliknya, uang dengan jumlah yang tidak sedikit dihamburkan untuk bersenang-senang di atas penderitaan rakyat.
Masalah kerusakan jalan yang tak kunjung selesai tidak terlepas dari empat hal, yakni perencanaan, penganggaran, pelaksanaan peruntukan jalan, dan mekanisme kewenangan pengelolaan jalan.
Hal tersebut sangat berbeda dengan keadaan saat sistem Islam diterapkan dalam bingkai Khilafah. Dalam kekhilafahan sistem transportasi terintegrasi, jalan-jalan akan dibangun secara terencana menghubungkan ibu kota khalifah dengan kota-kota lain.
Selain itu, berfungsi pula menopang kegiatan komersial, sosial, administratif, militer, dan sejumlah hal lainnya.
Itu tidak terlepas dari sistem politik Islam yang diterapkan Daulah Khilafah yang memiliki keunggulan yaitu hukum berasal dari Allah SWT sehingga bersifat pasti dan struktur pemerintahan sederhana, dimana Khalifah memiliki kekuasaan penuh sehingga pemerintahan berjalan efektif dan efisien.
Hal semacam itu sudah pernah tercatat dalam sejarah, yakni khalifah Umar bin Al-Khattab tatkala beliau menjadi kepala negara, beliau pernah mengatakan, “Seandainya, ada seekor keledai terperosok di kota Bagdad karena jalan rusak, aku khawatir Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban diriku di akhirat nanti”.
Keagungan khalifah Umar, jangankan manusia nasib seekor binatang sekalipun tak luput dari pikiran, perhatian dan tanggung jawabnya.
Khalifah Umar membuktikan ucapannya sepanjang sejarah kepemimpinannya, telah banyak riwayat yang menunjukkan betapa tingginya kepedulian beliau terhadap rakyatnya.
Misalnya, setiap malam selalu berkeliling untuk mengontrol keadaan rakyatnya, jika khalifah Umar bin Al-Khattab begitu gelisah memikirkan seekor keledai karena khawatir terperosok akibat jalanan rusak, lalu bagaimana dengan para penguasa sekarang?.
Dengan demikian, bisa kita ketahui bersama bahwa buruknya infrastruktur jalan yang terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia dikarenakan masih bercokolnya sistem kapitalisme di negeri ini. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.
Penulis: Nur Yani