Sinjai, Suara Jelata—DPC GMNI Sinjai turut serta dalam Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKtP), gerakan global yang berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember.
Sukartini, Wakil Ketua Bidang Sarinah DPC GMNI Sinjai, menitipkan pesan penting kepada Presiden Prabowo Subianto dan para Calon Bupati Sinjai untuk memberikan perhatian serius terhadap isu kekerasan berbasis gender yang masih marak terjadi di Indonesia, khususnya di Sinjai.
Dalam pernyataannya, Sukartini menyoroti data kekerasan seksual yang terus meningkat di Indonesia.
“Komnas Perempuan mencatat 15.621 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun ini, sementara di Sinjai sendiri, 40 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk kekerasan seksual, menjadi perhatian serius,” tegasnya.
Sukartini menambahkan bahwa kekerasan berbasis gender tidak hanya menghancurkan individu, tetapi juga mengancam masa depan bangsa.
“Seperti kata Bung Karno, perempuan adalah tiang negara. Jika perempuannya rusak, maka rusaklah negara,” ujarnya.
Sukartini menitipkan pesan kepada Presiden Prabowo untuk memperkuat kebijakan perlindungan perempuan dan anak, terutama di lingkungan pendidikan dan rumah tangga.
Ia juga meminta agar pemerintah daerah memberikan perhatian lebih pada edukasi moral, pengawasan media sosial, serta pendampingan korban kekerasan.
“Kami juga menyerukan kepada calon Bupati Sinjai untuk menjadikan isu ini sebagai prioritas dalam program kerja. Tidak cukup hanya dengan penindakan hukum; harus ada langkah preventif yang menyentuh akar masalah,” ungkap Sukartini.
Pemerintah Kabupaten Sinjai melalui UPTD PPA telah berupaya menangani kasus-kasus ini, namun ini dinilai masih diperlukan upaya ekstra untuk menanamkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan perempuan dan anak.
“Kami mengajak semua pihak untuk menjadikan kampanye ini momentum melawan segala bentuk kekerasan berbasis gender. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan nyata,” ujarnya Sukartini.
Kampanye ini menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan kekerasan terhadap perempuan adalah tanggung jawab bersama, demi masa depan yang lebih adil dan berkeadilan gender.
Perjuangan melawan kekerasan terhadap perempuan, yang diperjuangkan oleh DPC GMNI Sinjai melalui kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, sejalan dengan nilai-nilai nasionalisme yang menekankan pada kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme Indonesia, yang mengutamakan kebersamaan dalam menghadapi tantangan bangsa, juga mencakup tanggung jawab untuk melindungi hak asasi manusia, terutama hak perempuan.
Dalam hal ini, kekerasan berbasis gender mencerminkan ancaman terhadap keutuhan sosial dan moral bangsa.
Dengan mengajak para pemangku kepentingan, seperti Presiden dan calon Bupati Sinjai, untuk mengambil langkah tegas dalam menangani masalah ini, DPC GMNI Sinjai menegaskan bahwa perlindungan perempuan adalah bagian dari pembangunan negara yang sejati.
Nasionalisme bukan hanya tentang membela tanah air, tetapi juga melindungi warganya, terutama kelompok yang paling rentan.