News

Solidaritas Pembebasan 6 Tapol Aktivis Papua, Massa Aksi Direpresif di Makassar

×

Solidaritas Pembebasan 6 Tapol Aktivis Papua, Massa Aksi Direpresif di Makassar

Sebarkan artikel ini

KetGam: saat kericuhan, hingga tindakan saling dorong mulai terjadi di depan kampus UMI Makassar, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar, Sulsel. Senin, (11/11).

MAKASSAR, Suara Jelata—Puluhan pendemo yang tergabung dalam ‘Aliansi Solidaritas Rakyat Makassar Untuk Tapol (Tahanan Politik) Papua’ melakukan aksi Flashmob di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dikabarkan mendapat tindakan represif hingga dibubarkan paksa. Senin, (11/11).

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Humas Aliansi tersebut berinisial, DT. Dia menjelaskan kronologi aksinya, Sekitar pukul 16.39 Wita : ada 15 massa mulai berjalan keluar ke titik aksi di depan kampus UMI Makassar, pas di samping pintu 2, jalur masuk dan keluar kendaraan motor.

Lalu mereka mulai memggelar aksi pada 16.40 Wita dengan pembentangan spanduk, petaka-petaka, dan pembagian selebaran.

Selanjutnya, pukul 16.45 Wita, massa dari Ormas dan OTK berjalan mendatangi massa aksi solidaritas dan mulai melakukan intimidasi terhadap massa aksi Solidaritas Rakyat Makassar Untuk Tapol Papua.

Massa aksi dari solidaritas mencoba membangun dialog dengan Ormas dan OTK yang mencoba membubarkan paksa jalannya aksi damai tersebut.

“Kelompok yang mendukung OPM adalah musuh kami!!!,” teriak Zulkifli yang memegangi Toa.

Sementara itu, kata DT, terlihat oknum dari pihak asisten Wakil Rektor (Astor) III UMI Makassar juga melakukan intimidasi terhadap massa aksi solidaritas.

“Kau mahasiswa UMI, ini ataswnama UMI bukan, ini bukan atas nama UMI, silahkan bubar,” ujar Astor III UMI Makassar.

Selain itu, Salah satu massa berinisial (PL) dari aksi solidaritas pun mencoba berdialog dan meminta klarifikasi tegas akibat merasakan adanya pelarangan aksi di depan kampus UMI.

“Iya karena kalian aksi bukan atas nama UMI,” jawab oknum Astor WR III.

Tak hanya itu, namun Ketua Brigader Muslim Indonesia (BMI), Zulkifli juga diduga mencoba melakukan pembubaran pada aksi tersebut. “Anda bisa berteriak tapi bukan bebaskan tanpa syarat, saya tidak melarang anda menuntut pembebasannya mereka, tapi bukan dengan bahasa bebas tanpa syarat,” tegas Zulkifli.

Sempat, terjadi aksi dorong, antar pendemo dan pihak ormas, OTK, serta beberapa oknum yang terindikasi mahasiswa.

Lanjut DT, kondisi semakin memanas setelah seorang laki-laki merebut secara paksa sebuah payung dari salah satu massa aksi hingga rusak dan patah.

“Terlihat memprovokasi massa aksi, oknum tersebut mencoba mengambil paksa spanduk utama, menunjuk, menggertak, hingga mendorong massa aksi. Mereka mencoba membubarkan paksa jalannya aksi dengan mendorong, mencekik, memukul, dan menendangi massa aksi,” ucap DT.

Lebih lanjut, tindakan represif yang dilakukan oleh Ormas, OTK, oknum mahasiswa, semakin menjadi-jadi dengan keterlibatan oknum intel dan pengaman kampus UMI dan memaksa agar massa aksi membubarkan diri.

“Untuk menghindari konflik fisik dan jatuhnya korban lagi, massa aksi pun perlahan membubarkan diri dengan bergegas berjalan menuju kedalam kampus UMI,” imbuh DT.

DT menceritakan, sebelum aksi digelar, sudah terlihat sekelompok ormas BMI beserta beberapa OTK dan juga oknum mahasiswa menggelar aksi di depan kampus UMI.

“Itu sebagai bentuk aksi tandingan yang menolak aksi solidaritas di Makassar menuntut pembebasan Tahanan Politik (Tapol) aktivis Papua tanpa syarat,” bebernya.

Humas Aliansi, (DT) menegaskan, bahwa aksi solidaritas ini sebagai bentuk dukungan dan kecaman terkait proses penangkapan 6 (enam) aktivis Papua yang dilakukan tidak sesuai langkah prosedural penangkapan.

“Penangkapan yang tidak sesuai prosedural adalah bentuk tindakan yang menyalahi hukum, dan wujud nyata dari bentuk pembungkaman, serta pelarangan berekspresi yang merenggut hak sipil dan politik yang telah dijamin oleh konstitusi,” pungkas DT.

“Mereka mempermasalahkan persoalan diksi rakyat Makassar tidak boleh bersolidaritas dan menggelar aksi di Makassar merespon polemik rasial Papua, dan penangkapan 6 aktivis yang ditahan karena bersolidaritas atas kasus rasial yang dialami mahasiswa Papua,” Tandas Humas aksi, DT.

Berikut data korban yang diduga direpresif oleh Ormas dan OTK dalam aksi tersebut, masing-masing berinisial:

DT: memar dibagian pelipis mata kiri

IM: merasa sesak nafas akibat dicekik

PL: Sakit dibagian dada akibat didorong hingga terjatuh.