Suara Jelata – Di tengah dinamika flukutasi baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya, sampai saat ini, sektor industri pariwisata masih diandalkan sebagai pemasok devisa negara. Alasannya cukup elementer. Sektor ini berkorelasi dengan psikologis manusia secara keseluruhan. Setiap manusia di muka bumi ini, tentunya membutuhkan hakikat dari hidup yaitu kebahagiaan. Sektor ini memberikan penawaran agar kebahagiaan manusia tersebut dapat terwujud. Dengan melakukan suatu usaha perjalanan dengan objek destinasi wisata menarik dan berkesan tentu akan dapat membahagiakan manusia.
Maka tidak mengherankan, pasca pandemi Covid-19, sektor industri pariwisata terus merangkak dan menanjak yang progresnya menunjukkan grafik kenaikan yang sangat signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Oktober 2024 mencapai 1,19 juta orang atau naik 22,01 persen secara tahunan (year on year).
Adapun secara kumulatif sejak Januari hingga Oktober 2024, jumlah wisatawan mancanegara mencapai 11,57 juta kunjungan, sehingga hal itu menegaskan sudah terjadinya pemulihan sektor pariwisata di Indonesia.
Pemulihan sektor pariwisata di Indonesia juga ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisman secara kumulatif dari Januari hingga Oktober 2024, yang mencapai 11,57 juta kunjungan, naik 20,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 (https://www.antaranews.com).
Kiat khusus
Menyikapi kunjungan pariwisata yang menunjukkan grafik signifikan tersebut, kiranya diperlukan kiat-kiat khusus agar industri yang diandalkan ini akselerasinya dapat stabil dan harapan ke depannya dapat terus lebih berkembang. Untuk itu pengelolan pariwisata di daerah destinasi wisata perlu dioptimalkan agar daya tariknya dapat diandalkan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Daya Tarik Wisata (DTW) merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan resultansi buatan manusia yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan.
Suatu daerah destinasi wisata menjadi menarik jika memiliki beberapa aspek yang secara berkelindan menjadi komponen atau unsur yang dibutuhkan dalam pariwisata. Secara garis besar ada beberapa komponen yang perlu menjadi perhatian serius dan refleksi bersama dalam pengelolaan destinasi pariwisata.
Pertama, atraksi pariwisata. Komponen ini merupakan elemen-elemen yang terkandung dalam destinasi dan lingkungan yang di dalamnya memegang peran signifikan dalam memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut. Atraksi destinasi dapat berupa atraksi alam, seperti landscape, pantai, pegunungan, iklim, dan sebagainya. Di samping atraksi alam, wisatawan dapat juga disugusi atraksi budaya, seperti pementasan kesenian, berkunjung ke museum atau galeri. Sedangkan kunjungan ke atraksi buatan, wisatawan dapat menikmati kota bersejarah, taman, dan juga resort.
Kedua, fasilitas destinasi. Komponen fasilitas merupakan elemen yang berkorelasi dengan destinasi yang memungkinkan wisatawan tinggal di destinasi tersebut untuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang ditawarkan. Fasilitas destinasi bisa berupa akomodasi, restoran, pendukung transportasi, serta pelayanan lain temasuk toko, salon, pelayanan informasi, dan sebagainya.
Ketiga, aksesibilitas. Dalam komponen aksesibilitas ini menekankan pada mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau destinasi yang diinginkan. Komponen ini juga berkorelasi dengan infrastruktur transportasi, seperti lapangan udara, terminal bus dan kereta api, jalan tol, rel kereta api, dan sejenisnya. Termasuk di dalamnya teknologi transportasi yang mampu menghemat biaya untuk menjangkau destinasi tersebut. Jika suatu daerah tersebut sudah memiliki potensi pariwisata, maka perlu disediakan aksebilitas yang sudah memadai sehingga daerah tersebut akan mudah dikunjungi oleh wisatawan.
Keempat, pelayanan ansilari. Pada komponen ansilari ini merupakan komponen penting dalam menunjang keberhasilan suatu destinasi wisata karena adanya peran atau dukungan dari pemerintah, lembaga, organisasi, dan beberapa komponen di masyarakat dalam menjalankan kegiatan di destinasi wisata. Dukungan tersebut dapat berupa pusat layanan informasi, petugas yang berjaga, pos keamanan, dan pelayanan lain yang menjadikan wisatawan nyaman untuk melakukan kegiatannya, (Feronika Berutu, 2023).
Partisipasi aktif
Pengembangan potensi pariwisata dapat optimal kata kuncinya tak lain adalah pelibatan masyarakat. Secara faktual pelibatan tersebut dimulai dari identifikasi awal, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai mendapatkan hasil. Partisipasi aktif masyarakat menjadi salah satu komponen yang sangat diperlukan ada dalam proses pembangunan. Melalui proses tersebut, kemampuan dan perjuangan masyarakat lokal adalah untuk membangkitkan dan menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat. Partisipasi telah menjadi mitos dalam pembangunan.
Fungsi dari partisipasi masyarakat juga dapat menjadi sebagai agen yang dapat mengubah struktur pembangunan ekonomi dengan mengutamakan kepentingan kelompok masyarakat. Dengan kata lain, kegiatan tersebut akan membawa pengaruh potensial untuk aktor perencanaan pembangunan untuk memancing perubahan sosial masyarakat.
Dengan pelibatan masyarakat ini, kiranya menjadi modal utama bagi pengembangan suatu destinasi wisata, karena masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif. Dengan keterlibatan secara aktif baik dalam perencanaan awal sampai pengambilan keputusan akan berimbas masyarakat mempunyai kesempatan untuk menyuarakan harapan, keinginan dan prospeknya dari pembangunan pariwisata, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam proses perencanaan pariwisata. Partisipasi aktif masyakat ini dapat menjadi akses positif untuk elaborasi pembangungan pariwisata berkelanjutan.
Di samping itu, optimalisasi keberhasilan pariwisata dapat dapat dibarengi dengan strategi peningkatan kualitas layanan, penguatan infrastruktur, dan dukungan ekosistem yang terintegrasi sebagai kata kunci. Tanpa langkah strategi yang berani, agresif dan inovatif , kita hanya akan terus mengejar bayangan keberhasilan pariwisata negara-negara tetangga. (*)
Penulis:
Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Guru Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Alumnus ISI Yogyakarta dan Magister Pendidikan UST Yogyakarta