Fesyen Dalam Pandangan Islam

Opini
Penulis

OPINI, Suara Jelata— “Ada dua golongan termasuk penghuni neraka dan belum pernah kulihat sebelumnya; yaitu wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, jalannya berlenggok-lenggok, rambut kepala mereka seperti punggung unta yang miring. Mereka tidak melihat surga dan mencium baunya. Dan orang-orang laki-laki yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor sapi dan mereka gunakan untuk memukul manusia.” (al- Hadits).

Musim dingin menyelimuti Melbourne, Australia, Juni 2017. Sore itu, gawai Gulnur Idreis (34) berdering. Ia terkejut. Di layar gawai muncul wajah kakak perempuannya, Dilnur (38). Sejak Februari 2017, Dilnur yang merupakan perawat di rumah sakit Universitas Medis Xinjiang dan juga suaminya ditangkap pemerintah Cina. Dari coretan yang dikirimkan Dilnur, tampak jeritan sang kakak yang dipaksa bekerja di pabrik tekstil. “Kakakku seorang perawat. Dia tidak tahu cara membuat pakaian,” kata Gulnur (kumparan.com).

Itu adalah sepenggal kisah pilu yang dialami Dilnur yang dirampas kehidupannya. Ada derita dan airmata dibalik trend mode fesyen (fashion) yang harus dibayarkan. Kisah serupa bisa juga menimpa Dilnur lainnya yang luput dari ekpos media. Sejumlah Muslim Kazakhstan misalnya, kabarnya banyak dari mereka dijadikan pekerja di pemusatan Uighur.

Melesatnya industri fesyen, membuat pabrik-pabrik pakaian, tekstil, kapas dan turunannya bekerja lebih cepat. Brand papan atas dunia seperti H&M, Zara, Topshop, Mango, Stradivarius dan sejenisnya, berlomba-lomba menghadirkan tren fesyen terkini ke gerai mode mereka yang tersebar di seluruh dunia secara masif.

Kebutuhan yang besar akan tenaga kerja di industri ini, menyebabkan adanya kerja paksa di beberapa negara. Seperti Muslim Uighur yang disinyalir dikerjapaksakan di industri fesyen Cina. Bahkan, India dan Bangladesh mempekerjakan anak-anak dengan gaji rendah. Contohnya Bithi (14) yang mulai bekerja sejak umur 12 tahun karena ayahnya sakit dan hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Para fashionista, tentu tak menyadari kepedihan di balik penampilannya. Padahal mengikuti tren mode itu sendiri sejatinya menyiksa. Setiap acara harus pakai baju beda. Setiap rilis produk baru, harus merogoh kocek untuk membelinya. Tidak afdhal apabila memakai barang tiruan alias KW. Terkadang tidak butuh, tapi dengan iming-iming diskon sanggup memindahkan isi rekening ke pasar-pasar online.

Tanpa berpikir cocok atau tidak. Serasi atau tidak. Yang penting up to date. Sampai kapan para fashionista yang mengejar predikat paling stylist dan fashionable ini? Jujurlah, bukankah stress memikirkan setiap hari akan berpenampilan seperti apa? Itulah derita di balik gaya hidup fashionista.

Islam tidak mengharamkan industri fesyen. Sebab, pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dijamin oleh negara. Namun, Islam tidak mengenal tren mode. Sebab, filosofi dasar pakaian dalam Islam adalah sebagai penutup aurat.

Berpakaian sebagai bentuk ketundukkan kepada Allah SWT, yakni perintah untuk menutup aurat. Fesyen menurut tuntunan syara harus memiliki syarat-syarat yang tidak dilarang dalam Islam. Diantaranya, pakaian tidak menyerupai orang kafir, tidak menyerupai lawan jenis, halal bahannya, halal cara mendapatkannya, dan bukan merupakan pakaian ketenaran (syuhrah).

“Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina pada hari kiamat.” (HR Abu Daud no. 4029, An Nasai dalam Sunan Al-Kubra no. 9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al-jami no. 2089).

Imam Asy Syaukani menjelaskan :
“Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai pakaian syuhrah. Dan hadist ini tidak melarang suatu jenis pakaian, namun efek yang terjadi ketika memakai suatu pakaian tertentu yang berbeda dengan keumuman masyarakat yang miskin, sehingga yang memakai pakaian tersebut dikagumi orang-orang. Pun halnya dengan pakaian yang dikenakan karena niat agar tenar di tengah masyarakat.

Maka bukan perkaranya apakah pakaian itu sangat bagus atau sangat jelek, ataukah sesuai dengan budaya masyarakat ataukah tidak, karena pengharaman ini selama menimbulkan efek ketenaran.” (Dinukil dari Mukhtashar Jilbab Mar’ah Muslimah, 1/65)
Fesyen saat ini sejalan dengan filosofi Barat – Sekular yang menganggap pakaian adalah cermin kepribadian, untuk memancarkan kecantikan atau kegantengan. Bahkan, untuk mempercantik aurat. Dari sinilah akhirnya muncul para wanita mengumbar aurat dengan dalih seni, seksi dan sensual. Aktivitasnya penuh hedonis tanpa batasan.
Islam dengan seperangkat aturannya datang memuliakan perempuan.

Pakaian syar’i yang harus dikenakannya karena perintah Allah Swt merupakan kewajiban atasnya. Allah Swt bermaksud untuk menjaga kehormatan wanita sekaligus melindungi keindahan tubuh wanita dari pandangan lawan jenis.
Sayangnya, kondisi itu tak sejalan lagi dengan arahan Islam.

Banyak wanita muslimah berpakaian namun telanjang dalam pandangan syara’ (Islam). Jenis pakaiannya tipis, transparan, ketat, terbuka dibeberapa bagian bahkan sengaja diperlihatkan didepan umum.

Sudah saatnya umat dikembalikan kepada hukum yang sebenarnya. Para wanita ataupun anak-anak tak lagi menjadi budak fesyen dengan faham liberal kebablasan. Mengenalkan kembali Islam secara totalitas dalam segala aspek. Akidah, ibadah, pakaian, makanan, minuman, muamalah (interaksi antar individu, masyarakat serta negara). Itulah Islam kaffah.

Dengan pemahaman Islam Kaffah umat Islam tidak tunduk pada industri fesyen. Tidak ikut pusaran konsumtivisme. Tidak mudah tergiur belanja fesyen, kalau tidak sedang membutuhkan.

Penampilan umat Islam itu bersahaja. Penampilan yang adaptif dalam setiap suasana. Sehingga tidak dibutuhkan banyak-banyak koleksi busana. Kalau sudah tak layak, baru ganti. Kalau sudah bosan, sumbangkan sebelum rusak, baru beli yang baru. Begitulah harusnya budaya dalam berbusana.

Bukan tuntutan agar selalu glamour ala fashionista, padahal tersiksa. Kelak, peradaban Islamlah penyelamat para wanita, baik fashionista maupun pekerja seperti Dilnur dan Bithi dari tembok derita industri fesyen dunia.
Wallahu a’lam bi ash shawab.

Oleh: Nurdila Farha Kamila (Siswi SMAN Kab Bandung).

– Tulisan tersebut adalah tanggung jawab penuh penulis

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari suarajelata.com.

Mari bergabung di Halaman Facebook "suarajelata.com", caranya klik link Suara Jelata, kemudian klik ikuti.